.

.
.

Sabtu, 20 Maret 2010

SEJARAH PHI KUALA TUNGKAL (KATA PENGANTAR)

PERGURUAN HIDAYATUL ISLAMIYAH (PHI):
MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM

DI TANAH TUNGKAL


Oleh:

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmah, hidayah dan ‘inayah yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat berangkai salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar, Nabi Agung, Nabi Akhiriz zaman Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, dari kegelapan menuju cahaya Islam yang penuh dengan iman dan taqwa.

Di dalam buku ini digambarkan secara khusus tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren PHI dari masa ke masa hingga saat ini, dengan judul “Perguruan Hidayatul Islamiyah (PHI): MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM DI TANAH TUNGKAL”.

Tulisan ini berbicara tentang seluk-beluk dunia Pondok Pesantren PHI Kuala Tungkal tempoe doeloe hingga kekinian. Tidak berlebihanlah kiranya dikatakan lembaga pendidikan ini memposisikan Kuala Tungkal sebagai ”kampung peradaban Islam” dan ”madinah al-salam” Tanjung Jabung dengan berbagai dinamikanya, termasuk di dalamnya bagaimana PP PHI bermetamorfosa baik secara kelembagaan, metode pembelajaran, pengkayaan tradisi, dan tidak lupa pengisian makna tradisi keIslaman akibat perjalanan dengan kehidupan nyata yang masa ke masa selalu saja banyak surprise yang muncul di dalamnya. Isi buku ini kental sekali memuat nasionalisme dan patriotisme, karena dengan gamblang memaparkan betapa lembaga pendidikan yang bernama MHI berjuang dengan gigihnya menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan agamanya dan menegakkan kemerdekaan Indonesia di Kuala Tungkal.

Dalam kaitan ini, penelusuran asal usul PP PHI ini merupakan bahasan pokok yang harus disentuh jika ingin membahas lintasan sejarah yang pernah dilaluinya. Dengan penelusuran seperti ini, akan ditemuai bahwa kehidupan pada lembaga pendidikan ini ternyata mempunyai dinamikanya tersendiri. Uraian tentang sejarah berdirinya PP PHI ini menunjukkan bahwa banyak ulama yang berkiprah sekarang merupakan warisan generasi masa lalu. Warisan yang bukan hanya berupa prestasi, kebanggaan dan usaha-usaha ulama tetapi juga politik, pendidikan keagamaan dan aspirasi moral terdahulu. Walaupun ulama satu demi satu telah meninggal, tetapi keluarga mereka terus berjalan dalam proses Islamisasi.

PP PHI adalah satu wadah yang memiliki peranan besar yang dibentuk oleh KH. M. Daud Arif atau dikenal dengan ”Guru Daud” bersama alim ulama dan tua tengganai/pemuka masyarakat yang telah menjadi inti penggerak dan pelaksanaan gagasan pendirian PP PHI yang merupakan sumbangan terbesar muslim daerah itu terhadap perjuangan umat Islam di provinsi Jambi. Lembaga pendidikan Islam ini banyak sekali menyimpan sejarah yang belum dapat diungkapkan karena sedikitnya sumber data atau informasi tentang MHI, membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk menguraikannya. Sangat disayangkan sekali apabila ditinggalkan walaupun sedikit. Tetapi setidaknya buku ini sedikit dapat menguak kisah perjalanan panjangnya, periode-periode yang dilaluinya hingga menjadi PP PHI yang beken pada zaman bengen.

Dalam dunia pendidikan Islam, khususnya PP PHI, banyak hal yang menarik untuk diteliti, baik dari aspek kelembagaan maupun dari sisi tokoh yang menjadi arsitek pendirinya. Memulai kiprah yang awal berdirinya pada tahun 1936 silam, memiliki usia yang cukup panjang, mengalami kemajuan di eranya, namun sesudahnya mengalami stagnasi. PP PHI berusaha bangkit dari keterpurukan menuju ke depan yang diharapkan nantinya menjadi institusi pendidikan Islam yang ideal. Dengan lokasi strategis yang berada tepat pada jantung kota Kuala Tungkal dekat dengan pelabuhan transit yang menghubungkan langsung ke dunia internasional SIBAJO (Singapura, Batam dan Johor) yang begitu bepengaruh langsung terhadap Kota Bersama (BERsih, Sejahtera, Aman dan MAkmur; julukan kota Kuala Tungkal) ini.

PP PHI memang sangat berbeda dengan madrasah, seperti di Sumatera Barat pada ghalibnya. Jika kebanyakan madrasah disana berasal dari surau-surau yang di dalamnya terdapat pengajian, yang cikal-bakal menjadi pondok pesantren. Akan tetapi berbeda dengan PP PHI, berkembang mengalami kemajuan step by step bukanlah tanpa hambatan sehingga menjadi pondok pesantren. Semula hanya sebuah madrasah kecil dengan jumlah murid yang sedikit, kemudian berdiri sebuah mesjid, selanjutnya barulah dibangun asrama. Setelah beberapa dekade baru menjadi sebuah pondok pesantren. Memang ±20 tahun lebih muda dari pondok pesantren yang didirikan oleh Perukunan Tsamaratul Insan (1915) di Seberang Kota Jambi. Walaupun begitu, PP PHI telah berhasil melebarkan sayapnya atau membuka cabang hingga keberbagai daerah di seluruh Tanjung Jabung (Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur).

Penulis menyadari sejarah ini masih jauh dari harapan, mungkin terlalu banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan dan kekurangan informasi dan sumber data yang penulis dapatkan, dan rentang waktu sejarah yang sudah cukup lama adanya yang menjadi sebab terbesar kekurangsempurnanya. Penulis menyadari bukanlah seorang pakar sejarah yang ahli dalam meneliti ataupun menulis sejarah, tetapi hanya ingin mencoba menuangkan buah pikiran apa adanya sesuai dengan sumber data yang ada. Penulis memohon maaf jika sekiranya ada “pencurian” dan perubahan (penambahan dan pengurangan) redaksi yang terdapat dalam buku ini tidak sesuai dengan aslinya. Di dalam keadaan kurangnya penulisan buku mengenai sejarah pendidikan daerah, maka buku ini akan memberikan informasi historis kepada masyarakat bahwa sejarah lokal Kuala Tungkal juga mempunyai kontribusi penting terhadap pembentukan nasionalisme dan patriotisme Indonesia.

Penulis menyadari akan pepatah yang mengatakan ”tak ada gading yang tak retak”, sehingga sebagai manusia biasa, sudah tentu dalam penulisan buku ini masih banyak terdapat kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan. Akan tetapi semoga saja ”retaknyapun menjadi hiasan” bagi kita semua. Hal ini disebabkan karena minimnya data tentang PP PHI, baik berupa manuskrip atau peninggalan sejarah lain yang menjelaskan tentang awal sejarah kebangunannya, menjadikan keterangan-keterangan yang berkenaan dengannya bersifat prejudice dan sangat beragam. Namun demikian, kekurangan ini justru menjadi faktor determinan bagi terus dijadikannya sejarah PP PHI sebagai bahan kajian yang tidak pernah kering di kalangan peneliti bidang pendidikan Islam dan ahli sejarah Tanjung Jabung Barat. Di samping itu, minimnya catatan sejarah ini pula kemudian menjadi alasan tersendiri bagi dilanjutkannya penelusuran lintasan sejarah PP PHI di Tanjung Jabung Barat ini secara berkesinambungan. Diharapkan bagi pihak yang berkepentingan agar kiranya buku ini dapat dipakai sebagai pedoman dalam usaha pembinaan dan pengembangan pondok pesantren ke depan.

Semoga sejarah singkat yang terdapat di dalam buku ini dapat memberikan informasi yang panjang-lebar mengenai MHI tempo doeloe dan perkembangannya, mamfaat dan kontribusi yang begitu berarti bagi kita semua untuk mengetahui dan menelusuri PP PHI dalam perkembangan pendidikan Islam Tanjung Jabung Barat, menjadikan kekakayaan bagi khazanah pendidikan Islam, dan koleksi perpustakaan, syukur-syukur jika termasuk bagian dari koleksi nasional. Selain itu penulis berharap karya yang ada ini bisa dinikmati oleh masyarakat luas dan menjadi ”buah bibir” yang benar ceritanya, bukan ’rekayasa sejarah’ yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga buku ini dapat menjadi buku sejarah pendidikan Islam Kuala Tungkal yang dapat dipertangungjawabkan dan menjadi rujukuan untuk penelitian selanjutnya.

Semoga setelah khatamnya penulisan buku ini, dapat membukakan mata dan pintu hati peneliti pendidikan khusunya pendidikan Islam di Kuala Tungkal dan Jambi umumnya serta pendidikan Islam Indonesia. Ternyata di daerah Jambi tepatnya di Kuala Tungkal masih ada sebuah PP lama yang hingga saat ini masih bertahan dan masih aktif, semua itu tentunya bi iznillah. Walaupun banyak terjadi perubahan-perubahan yang segnifikan antara dahulu dan sekarang.

Mohon kepada semua pihak yang memiliki informasi dan sumber data, dengan kerendahan hatinya agar dapat menyampaikannya kepada penulis, agar penulisan sejarah ini dapat sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, penulis dengan tangan terbuka mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat konstruktif demi terbentuknya buku yang diharapkan.

Pada akhirnya, penulis patut memberikan reward yang tidak terhingga dan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang turut terlibat dalam penyelesaian penulisan dan sumbangan tenaga serta pikirannya sehingga terwujudnya buku ini. Semoga Allah SWT sendirilah yang akan membalas langsung dalam bentuk balasan yang setimpal.

Wallâhu a’lam bish shawâb. Astaghfirullâh ‘ala kulli zanbin in kuntu akhtha’tu fi kitâbati hâzal kitab.[]

Jambi, Desember 2009

Penulis,


Alumni MA PHI Kuala Tungkal

Angkatan 2000/2001




0 komentar:

Posting Komentar