.

.
.

Senin, 22 Maret 2010

SEJARAH PHI KUALA TUNGKAL (BAB IV/BAG 44)

6. PERIODE VI (1980-1990)

Periode ini juga dinamakan periode pembinaan pusat sekolah PP PHI.[1] Pada periode ini Yayasan PHI ini lebih memfokuskan pada pembinaan sekolah PP PHI yang ada di tingkat pusat (Kota Kuala Tungkal) sehingga Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar, Tsanawiyah, dan Aliyah berkembang pesat dengan muridnya yang hampir mencapai 1000 orang, jumlah yang sangat spektakuler. Seiring dengan bertambahnya santri, secara otomatis bertambah pula jumlah gurunya. Namun perkembangan cabang-cabang PP PHI yang berada di desa-desa menjadi terbengkalai. Rupanya kemajuan pesat dalam jumlah murid ini tidak terbayangkan sebelumnya.

Sekitar 28 tahun kemudian (1957-1985) pengajian yang diadakan oleh KH. M. Ali Wahab di rumah beliau semakin lama semakin bertambah para pengikutnya, yang pada puncaknya rumah beliau yang lumayan luas tidak tertampung lagi untuk jama’ah pengajian, yang kemudian pada akhirnya pengajianpun dipindahkan ke masjid Agung al-Istiqomah yang berada di depan rumah beliau.

Pada periode ini, tahun 1985 di Kuala Tungkal telah berdiri Pusat Informasi Pondok Pesantren (PIP) yang bertempat di PHI Kuala Tungkal.[2] Adapun fungsi PIP adalah merupakan wadah informasi pembangunan dengan tugas menyebarluaskan informasi kepada masyarakat secara poditif.[3]

Pada tahun ini pula (1950) dibuatlah rencana untuk mengadakan peringantan Hari Ulang Tahun Pondok Pesantren Perguruan Hidayatul Islamiyah (HUT PP PHI) ke-50 atau peringatan setengah abad berdirinya dengan membentuk Panitia Peringatan Hari Ulang Tahun Berdirinya Perguruan Hiyatul Islamiyah Kuala Tungkal Yang Ke-50.

Adapun susunan Panitia Peringatan Hari Ulang Tahun Berdirinya Perguruan Hiyatul Islamiyah Kuala Tungkal Yang Ke-50 dalam lampiran Surat Keputusan Yayasan Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal No. 01/YPHI/KTL/1985 Tanggal 20 Mei 1985, yaitu: [4]

I. Pelindung: Bupati KDH Tk. II Tanjung Jabung dan Unsur Muspida, Ketua DPRD Tingkat II Tanjung Jabung, dan Ketua Pengadilan Negeri Kuala Tungkal.

II. Penasehat: 1) Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Tanjung Jabung, 2) Ketua Majelis Ulama Kab. Tanjung Jabung, 3) KH. M. Said Magwie, BA, 4) Mudir ’Am dan Semua Mudir PHI Kuala Tungkal, 5) Ketua BP3 dan Bapak Nang, AR.

III. Ketua Umum: H. Abdul Halim Kasim, SH, Ketua I: M. Yamin Hoesin, SH, Ketua II: Kasyful Anwar (Kep. Tata Usaha Kandepag), Ketua III: Drs. M. Fauzi Mansyur.

IV. Sekretaris I: M. Jabir, Sekretaris II: Drs. Mahyuddin Arif, Sekretaris III: Bukhari Ahmad.

V. Sekretariat: Ketua: H. Abdullah Wahab, Anggota: M. Jamil Gumri, Mahluddin, Ahmad Mukri, A. Karim Abubakar, Idrus H. Badrun, OSIS PHI.

VI. Bendahara: Ketua: H. Hoesin Noer, Anggota: A. Basri Marzuki. Hj. Sampurna, H. Ahmad Darsani.

VII. Seksi-seksi:

1. Seksi Pengumpulan Data/Dokumen Sejarah PHI. Ketua: Drs. Ahmad Arsyad, Anggota: Drs. Abul Hasan, M. Sahar, Abdullah L, Saniah H. Daud, Jamaluddin.

2. Seksi Pengumpulan Data Alumni PHI. Ketua: Drs. M. Rusli Hasyim, Anggota: Afifah, M. Idris Ahmad Sulaiman, M. Laban, Mahmud (Kandepang) Abdul Hamid Ahmad, Ustaz Hasanuddin.

3. Seksi Publikasi/Dokumentasi. Ketua: H. Kasthalani Ali, Anggota: Umarsudi Elwaqqash, M. Yamin Masrani, Sirajuddin Ismail, M. Darajatun.

4. Seksi Olahraga. Sirajuddin, Anggota: M. Yusuf Ahmad, BA, Arsyad Syarif, Rajali, A. Gaffar (Bandung), Abdul Kadir, Asy’ari.

5. Seksi Kesenian. Ketua: Husin Tanjung, BBA, Anggota: Akhyar Satar, Tirmizi, M. Arsyad (Dikbud), Emi Faridah.

6. Seksi Muker Dengan Cabag-cabang. Ketua: H. Nanang, AR, Anggota: Drs. Syahruddi Awang, Jumri Junaid, Ahfaz Nur, M. Saad Sanusi, H. Abdul Kawi, M. Jabir.

7. Seksi Inagurasi/Resepsi. Ketua: KH. M. Arsyad, Anggota: Abdul Hamid. K, Jauhari H. Dahlan, Mahmuddin, Nazaruddin (PA), OSIS PHI.

8. Seksi Pusat Informasi Pesantren. Ketua: Ahmad Khudari, BA, Anggota: Drs. M. Yunus, Tauihidullah, H. Mas’ud Rasyidi, Ustaz Hasan Basri.

9. Seksi Perlengkapan/Dekorasi. Ketua: Abdullah Mincan, Anggota: Amin Fauzi, Hasan Basri (Deppen), M. Daud, M. Nasir, OSIS PHI.

10. Seksi Konsumsi. Ketua: Ibu Drs. Idris Saleh, Anggota: Ramlah (Kandepag), Khadijah, Syamsiah, OSIS PHI, Saniah Abdullah, Saiyah, Syamsuri Ismail, Darmawi.

11. Seksi Pawai. Ketua: Abdul Aziz Elwaqqash, Anggota: Mahyuddin, BA (Pemda), A. Wahab Busra, M. Idrus (Kandepag), M. Dayat, Jufri, Syukri/istakori.

12. Seksi Kesehatan. Ketua: Khairuddin Tanjung. Anggota: Rabi’atul Adawiyah, Kasyful Anwar, A. Nang, Sa’diyah.

13. Seksi Perlombaan. Ketua: Abdul Muis Elwaqqash, Anggota: M. Saleh, M. Saleh Banjar, Zainal Arifin, Rajali, Umar Husin, M. Syaimuri, H. Ahmad Hijazi.

14. Seksi Diskusi. Ketua: H. Fuad Damhuzi, BA, Anggota: Drs. Yarizal Yasra, Hasan Basuni, oemar Hasan, HS, A. Rahman Shiddiq, BA, Syaikhan Aljufri, BA.

15. Seksi Keamanan. Ketua: Kepolisisan Resort Tanjung Jabung. Anggota: Hansip 0505, Pramuka, OSIS PHI.

Yang ditanda tangani oleh Ketua YPHI KH. M. Ardhi dan Sekretaris KH. M. Arsyad.

Pada hari minggu tanggal 26 Mei 1985 pada jam 09.00 WIB bertempat di aula PHI diadakan rapat panitia untuk HUT PP PHI.

Kemudian tepatnya pada tanggal 21 Juli 1985 diadakanlah Peringatan HUT PP PHI yang ke-50 tahun sejak berdirinya yang sudah banyak menghasilkan alumni-alumni yang turut ikut berpartisipasi baik di bidang pemerintah Agama serta masyarakat, PP PHI adalah satu-satunya pondok pesantren tertua dalam kabupaten Tanjung Jabung. Dalam acara pembukaan peringatan HUT PP PHI yang ke-50 Ketua YPHI KH. M. Arsyad menyampaikan pengarahan antara lain bahwa PP PHI telah banyak menelurkan alumni dan sarjana-sarjana sampai kepada yang telah memperoleh sarja penuh.[5]

Dalam acara pembukaan tersebut yang dihadiri oleh Kakandepen (Kepala Kantor Departemen Penerangan) H. Abdul Halim Kasim, SH dan Kakandepag (Kepala Kantor Departeman Agama) Bapak Mahmud, tokoh-tokoh masyarakat, pelajar serta undangan lainnya dalam kota Kuala Tungkal, untuk memeriahkan HUT PP PHI diadakana perlombaan antara lain: 1) perlombaan membaca al-Qur’an, 2) perlombaan al-Barjanzi, 3) perlombaan azan, 4) perlombaan membaca kitab kuning, 5) perlombaan cerdas cermat, 6) perlombaan mararhon, 7) perlombaan tenis meja, 8) perlombaan tarik tambang, dan 9) perlombaan panjat batang pingang. Sedangkan keadaan lainnya diadakan Sarasehan selama 2 hari, peserta terdri dari seluruh cabang-cabang PHI dalam kabupaten Tanjung Jabung ditambah dengan Ketua AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) dan alumni serta undangan lainnya berjumlah 62 orang. Pada malam penutupan diadakan hiburan pertunjukan Rakyat Group Deppen dan dra lintas sejarah PP PHI serta hibiran rebbana yang dibawakan dari pelajara pondok pesantren. Dalam acara tesebut dihadiri oleh Bupati KH. Tk. II Kabupaten Tanjung Jabung (Drs. Toegino), Ke[ala Dinas/Jawatan Dharma Wanita, Darma Pertiwi serta undangan lainnya.[6]

Selanjutnya, karena dalam keanggotaan Dewan Pengurus (DP) banyak yang telah meninggal dunia, maka penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta penyusunan Dewan Pengurus yang baru. Sehingga dengan demikian para anggota Dewan Pengurus yang telah meninggal dunia tersebut dianggap telah berhenti, baik sebagai anggota pengurus maupun sebagai Dewan Pengurus. Ditunjuklah kepada saudara KH. Abdul Halim Kasim, SH pada tanggal 12 Februari 1986 untuk menghadap Notaris yaitu Nany Ratna Wirdanialis, SH di Jambi untuk menetapkan Akta Notaris PHI yang baru.[7] Nany Ratna Wirdanialis, SH adalah Notaris yang diangkat langsung oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan SK Menteri Kehakiman RI No. M 55 nt. 03.01 Tahun 1984 tanggal 5 Juli 1984.[8]

Maka pada tanggal 1 April 1986 para pengurus yayasan-pun diganti, mengadakan perubahan karena pengurus yayasan yang tercantum pada Akta Yayasan banyak yang meninggal dunia, maka diadakanlah musyawarah untuk pergantian pengurus baru oleh pengurus yayasan yang masih ada, layaknya yayasan atau organisasi modern. Sejak itulah Yayasan PHI diasuh oleh KH. M. Arsyad, walaupun PP PHI belum mampu berkiprah secara maksimal karena banyaknya kendala yang dihadapi dan adanya pengurus yayasan yang merangkap sebagai guru yang kemudian terjadilah komposisi standar organisasi. Diperbaharui dengan kepengurusan yang sama dengan tanggal sesuai dengan tanggal 12 Februari 1986 tersebut.[9]

Adapun Susunan Dewan Pengurus Yayasan Peguruan Hidayatul Islamiyah Tangal 12 Februari 1987, yaitu: Pelindung/Penasehat: Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Tanjung Jabung dan Unsur Musyawarah Pimpinan Bawah (Muspida Tingkat II Kabupaten Tanjung Jabung), Ketua: KH. M. Arsyad, Wakil Ketua: KH. Abdul Halim Kasim, SH dan KH. Fuad Damhuzi, BA, Sekretaris: M. Yamin Husin, SH, Wk Sekretaris: Drs. M. Fauzi Mansyur, KH. Abdullah Wahab, Bendahara: KH. M. Ali Wahab, dan Wakil Bendahara: Khairuddin A. Tanjung.[10]

Untuk selanjutnya untuk mengikuti kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan di MHI, maka YPHI membangun gedung atau sarana dan prasarana yang mana dananya diperoleh dari hasil sumbangan masyarakat kota Kuala Tungkal, terutama para hartawan dan dermawan.

Adapun dana pembangunan MA PHI ini; pertama dana diperoleh dari hasil sumbangan masyarakat setempat, khususnya dalam lingkungan kota Kuala Tungkal dan seterusnya melalui usaha keras dari pengelola MA PHI, dan pernah mendapat bantuan rehab bangunan gedung sekolah dari kantor Departemen Agama Pusat 1 kali dan 2 kali rehab bantuan dari kantor Departemen Agama Kuala Tungkal, dan semenjak tahun 1988 hingga sekarang MA PHI telah memiliki gedung yang semi permanent, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. MA PHI ini secara bertahap terus mengalami kemajuan dan peningkatan baik dari segi pengadaan sarana pendidikan yang memiliki 16 lokal, maupun dari segi pegajaran, terutama setelah dimasukkannya kurikulum negeri pada bidang-bidang studi umum yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada di Madrasah Aliyah Negeri.[11] Peningkatan lainnya seperti betambahnya siswa-siswi yang terus semakin bertambah banyak yang masuk ke MA PHI. Hal ini juga dibuktikan pada Tingkatan Tsanawiyah yang mana muridnya juga semakin bertambah banyak.

Sarana dan prasarana di MA PHI ini masih terdapat kekurangan-kekurangan antara lain seperti masalah ruang kepala sekolah, majelis guru, ruang guru BP, ruang perpustakaan, masih mejadi satu dengan ruang tata usaha yang semestinya harus dipisahkan tetapi ruangan kosong tidak ada lagi.[12]

Pengadaan buku perpustakaan yang ada di MA PHI ini sebagian besar dibeli oleh sekolah seperti kitab-kitab gundul (yang tidak berbaris), dan buku-buku bidang studi umum, sebagian dapat bantuan dari kantor Departemen Agama Kuala Tungkal, terutama berupa buku-buku kurikulum agama MAN. Dari buku-buku yang ada, kepada siswa-siswa diberikan pinjaman dan sifatnya membayar sewa, 1 buah buku dalam jangka waktu 1 tahun dengan uang sewa Rp. 5.00/buku, jika hilang harus diganti senilai dengan harga buku itu.[13]

Adapun luas bangunan MA PHI, keliling bangunan berukuran 126 m2, bangunan sekolah atau gedung berlantai dua, di dalamnuya termasuk ruang kepala sekolah ruang majlis guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, dan seterusnya 1 ruang OSIS, 1 ruang Pusat Informasi Pesantren (PIP) dan 3 buah kamar untuk buang kotoran.[14] Adapun struktur kepengurusan OSIS di MA PHI terdiri dari: MBO (Mejelis Pembimbing OSIS), MPK (Majelis Perwakilan Kelas), OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).[15] Adapun waktu pengajaran untuk MA PHI ini di mulai dari jam 07.30 pagi sampai jam 13.00 siang. Gedung MA PHI ini dipergunakan juga untuk MTs PHI, yang pada waktu pengajaranya dilaksanakan pada siang sampai sore hari dari jam 13.30 sampai dengan jam 17.00 WIB.


[1] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 11.

[2] Kantor Departemen Penerangan/Puspenmas (1985). Penerangan Pembangunan. Tanjung Jabung-Kuala Tungkal. hl. 18.

[3] Kantor Departemen Penerangan/Puspenmas (1985). Penerangan Pembangunan. Tanjung Jabung-Kuala Tungkal. hl. 13.

[4] YPHI, Dokumentasi.

[5] Kantor Departemen Penerangan/Puspenmas (1985). Penerangan Pembangunan. Tanjung Jabung-Kuala Tungkal. hl. 13.

[6] Kantor Departemen Penerangan/Puspenmas (1985). Penerangan Pembangunan. Tanjung Jabung-Kuala Tungkal. hl. 13.

[7] Catatan, KH. M. Arsyad.

[8] Biro Humas Pemda Tk. I Jambi (1995). Uraian Kegiatan Dalan Gambar Provinsi Daerah Tk. I Jambi: Jambi. h. ...................

[9] KH. M. Arsyad, Documentasi.

[10] KH. M. Arsyad, Documentasi.

[11] Sugeng Edy Saputra (1993). Tinjauan Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Madrasah Aliyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. h. 24.

[12] Sugeng Edy Saputra (1993). Tinjauan Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Madrasah Aliyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. h. 31.

[13] Sugeng Edy Saputra (1993). Tinjauan Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Madrasah Aliyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. h. 32.

[14] Sugeng Edy Saputra (1993). Tinjauan Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Madrasah Aliyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. h. 25.

[15] Sugeng Edy Saputra (1993). Tinjauan Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Madrasah Aliyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. h. 29.

7. PERIODE VII (1990-2000)

Pada bagian pertama periode ini PP PHI tetap memfokuskan pada perkembangan PP PHI pusat, sehingga pada tahun 1992 PP PHI-pun mendirikan SMU. Pendirian SMU bertujuan untuk membantu pemerintah dan masyarakat karena memang sebelumnya di Kuala Tungkal ada beberapa SMU Swasta. Akan tetapi karena tidak sesuai dengan ketentuan resmi, maka SMU Swasta itupun ditutup. Maka untuk mengisi kevakuman tersebut, maka Yayasan PHI mendirikan SMU, mengingat SMU yang ada tidak mungkin menampung lulusan SLTP yang ingin melanjutkan studinya ke tingkat SLTA.[16]

Adapun tujuan dibangunnya SMU ini adalah untuk menampung siswa yang berminat untuk melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Umum, sebaliknya MA yaitu untuk menampung siswa yang ingin melanjutkan studinya pada sekolah menengah Islam yang keduanya itu tetap di bawah naungan YPHI.

Pada periode ini, karena semakin bertambah antusiasnya masyarakat melanjutkan pendidikannya di MA PHI, maka YPHI mengadakan pemisahan kelas antara siswa laki-laki dan perempuan ini sejak tahun 1992 sampai sekarang. Jadi di MA PHI hanya dikenal 2 istilah kelas, yaitu kelas A untuk perempuan dan kelas B untuk laki-laki, dan pernah juga hingga kelas C. Sebagaimana dilihat pada daftar perbandiangan keadaan murid MA PHI berikut ini:[17]

Keadaan Murid MA PHI tahun 1992/1993

No

Kelas

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

Kelas I.A

35

35 orang

2

Kelas I.B

49

49 orang

3

Kelas I.C

37

37 orang

4

Kelas II.A

38

19

57 orang

5

Kelas II.B

40

20

60 orang

6

Kelas III.A

25

16

41 orang

7

Kelas III.B

24

19

43 orang

Jumlah

199

123

322 orang

Kemudian pada tahun 1993 di keluarkanlah PIAGAM PENDIRIAN MADRASAH SWASTA oleh Departemen Agama Wilayah Departemen Agama Propinsi Jambi Nomor: D/W.e/MA/0013/1994 Berdasarkan keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Propinsi Jambi Nomor We/6/PP.03.2/02/1993 Tanggal 2 Februari 1993. dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 312150502038 yang ditetapkan di Jambi pada tanggal 15-11-1993 yang ditandatangani oleh Drs. H. Moh. Saleh Bina.[18]

Hal yang sama juga diperlihatkan oleh tingkatan Tsanawiyah, yang mana muridnya mengalami peningkatan yang begitu segnifikan melampaui apa yang diharapkan melebihi tingkatan Aliyah. Sebagaimana dilihat pada daftar jumlah siswa berikut ini:[19]

Keadaan Murid MTs PHI tahun 1993/1994

No

Kelas

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

Kelas I.A

98

98 orang

2

Kelas I.B

60

60 orang

3

Kelas II.A

60

60 orang

4

Kelas II.B

52

52 orang

5

Kelas III.A

70

70 orang

6

Kelas III.B

60

60 orang

Jumlah

228

172

400 orang

Untuk menyikapi persoalan yang ada dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam jika terus dibiarkan tanpa adanya pembaharuan dan perbaikan sistem pendidikan, maka dunia pendidikan Islam khususnya di Kuala Tungkal akan menghadapi masa degradasi, nyatanya hal tersebut memang terbukti benar-benar terjadi dimana pada saat ini banyak madrasah yang kurang berfungsi lagi.

Maka pada tahun 1995 dibuatlah gagasan untuk lebih meningkatkan PP PHI ke depan secara menyeluruh. Akhirnya pada tahun 1996 bertepatan dengan HUT PP PHI yang ke-60, diadakanlah seminar dengan tema ”MASA DEPAN PP PHI DI TENGAH ARUS PERUBAHAN SOSIAL” dengan pemateri dalam senimar tersebut adalah Prof. Dr. Sulaiman Abdullah, Prof. Dr. Adrianus Chatib, Drs. Marzuki Arsyad Ash, MA dari IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Ir. Zainul Zainal[20] dari instansi PU.[21]

Hasil seminar tersebut dibawa ke dalam forum Rapat Kerja (Raker) dan kemudian dibuatlah beberpa keputusan yang pada prinsipnya PP PHI tetap berusaha untuk mengembangkan perguruan secara kualitas dan kuantitas, antara lain dengan cara meningkatkan gedung yang ada dan membuat Kampus Terpadu, serta melengkapi sarana prasarana dan mengubah kurikulum sesuai dengan tuntutan mendatang, antara lain wawasan kebangsaan, manajemen dan komunikasi,[22] dengan tidak meninggalkan ajaran pokok Islam.

Untuk menunjang perwujudan cita-cita tersebut, dibentuklah tiga wadah organisasi yaitu: 1) Dewan Penyantun PP PHI, 2) Kerukunan Keluarga PP PHI, dan 3) Panitia Pembangunan PP PHI.[23] Untuk mewujudkan tiga wadah tersebut, maka pada tanggal 5 Desember 1997 YPHI membentuknya dalam struktur organisai, berikut ini akan dijelaskan siapa sajakah yang terlibat di dalamnya.

1. Adapun Susunan Pengurus Dewan Penyantun Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal Tanggal 5 Desember 1997, yaitu: Ketua: H. Ahmad Sugeng Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tanjung Jabung, Anggota: H. Nurdin. S (Ketua DPRD II) dan lain-lain. Ditandatangani oleh Ketua YPHI K. H. Mohd. Arsyad dan Sekretaris YPHI Drs. H. Fauzi Mansyur.[24]

2. Susunan Pengurus Kerukunan Keluarga Besar Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal Tanggal 5 Desember 1997, yaitu: Ketua: Haji Darmansyah, Pelindung/Penasehat: Pimpinan Yayasan PHI, PENGURUS: Ketua: Haji Darmansyah, Wakil Ketua: Haji Darmawi, Sekretaris: Drs. Abul Jalil, Wakil Sekretaris: Drs. Sugeng Edy Saputra, Bendahara: Afifah H. M. Daud Arif, Wakil Bendahara: Ahmad Muqri, SEKSI-SEKSI: Seksi Organisasi dan penghubung: Drs. H. M. Husni Thamrin (Ketua), Drs. M. Amin HB (Anggota), Hasan Azhari (Anggota), Seksi Pengembangan dan Pembinaan: Drs. Mahyuddin Arif (Ketua), Drs. Yusran Asnawi (Anggota), Drs. Muslim Masdar (Anggota), Seksi Publikasi/Evaluasi: Drs. Hably Zainal (Ketua), Drs. Fauzi Mansyur (Anggota), dan M. Idris Mahmud (Anggota). Ditandatangani oleh Ketua YPHI K. H. Mohd. Arsyad dan Sekretaris YPHI Drs. H. Fauzi Mansyur.[25]

3. Susunan Panitia Pembangunan Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal Tanggal 5 Desember 1997, yaitu: Pelindung/Penasehat: Pimpinan Yayasan PHI dan Kepala Sekolah di Lingkungan PHI, PANITIA PEMBANGUNAN: Ketua: H. Abdul Halim Kasim, SH, Wakil Ketua : H. M. Tamsir Busra, SH, Wakil Ketua: Drs. Abd. Samad, Sekretaris: H. Abdul Wahab, Wakil Sekretaris: Drs. H. Fauzi Mansyur, Wakil Sekretaris: Muhammad Idrus. HB, Bendahara: Ustaz Hasan Basry, Wakil Bendahara: Afifah H.M. Daud Arif, Wakil Bendahara: Drs. Sugeng Edy Saputra, SEKSI-SEKSI: Seksi Dana, Ketua: Drs. Kaspul Anwar, Anggota: Syafawie, H. Abd Hamid Kurnain, Ustaz Ahmad Muqri, Bukhari Ahmad, Drs. Yateniardi, Semua Bendaharawan Sekolah Di Lingkungan PHI, OSIS Aliyah, SMU, Tsanawiyah, Seksi Pengembangan: Ketua: Haji Hamzah, Anggota: Sam Saimun, BE, Drs. Zainal Arifin, Drs. Abdul Jalil, Ibrahim Ki Ahmad, Suhaimi H. Hamzah, Seksi Publikasi dan Dokumentasi, Ketua: Syarifuddin Maksum, SE, Anggota: Drs. M. Hably Zainal dan M. Jamil Gumri, S.Ag.[26]

Di samping membuat tiga wadah tersebut, yayasan juga menampung dan menyelenggarakan aspirasi keluarga besar PP PHI yang tertuang dalam MUKER tahun 1996.

Pada tahun 1997, kemudian tampuk pimpinan Mudir ’Am yang sebelumnya dijabat oleh KH. Gumri Abdullah, kemudian ditunjuklah secara musyawarah dan dilanjutkan oleh KH. Abdul Halim Kasim, SH hingga sekarang.

Pada saat memasuki usia kabupaten Tanjug Jabung yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya era disentralisasi daerah, dimana daerah diberi wewenang untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam kerangka NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), maka kabupaten Tanjung Jabung dimekarkan menjadi 2 kabupaten, yakni kabupaten Tanjung Jabung Barat (meruapakan kabupaten induk) dengan ibu kota Kuala Tungkal dan kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan ibu kota Muara Sabak. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 54 tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur[27] (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3903). Kemudian motto Tanjung Jabung Barat menjadi dengan motto “SERENGKUH DAYUNG SERENTAK KETUJUAN” yang melambangkan bahwa masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbeda Etnis dan Agama bersama-sama dalam memajukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sangat potensial untuk mencapai Tanjung Jabung Barat yang lebih maju dan berkembang.

8. PP PHI MASA KINI DAN TANTANGAN MASA DEPAN (2000-SEKARANG)

Periode ini adalah periode perkembangan fisik dan pengembangan komplek PP PHI terpadu. Dalam zaman pembangunan ini, terlebih lagi menghadapi proses globalisasi yang semakin deras, bukan mustahil para kyai itu dapat memberikan andil yang berharga dalam proses pembangunan.

Pada tanggal 10 Nopember 2000 YPHI mengadakan peringatan HUT PHI ke-65, haul ke-24 Almarhum KH. M. Daud Arif, Haul para pejuang Selempang Merah dan pejuang lainnya serta peresmian mesjid Agung Al-Istiqomah Kuala Tungkal. Pada kegiatan ini, berkesempatan hadir Bapak Gubernur Provinsi Jambi. Drs. H. Zulkifli Nurdin, M.BA.

Bapak Gubernur juga memberikan sambutan yang berbunyi:[28]

Haul seorang tokoh agama adalah suatu yang biasa dilakukan dalam kehidupan ini. KH. M. Daud Arif adalah seorang ulama yang telah berhasil mendirikan Perguruan Hidayatul Islamiyah. Nama Beliau ini bagi masyarakat Jambi khususnya bagi masyarakat daerah Kuala Tungkal tentunya tidak asing lagi.

Sungguh merupakan kebahagian yang teramat dalam bagi seorang Kepala Daerah dapat hadir bersama masyarakat untuk memperingati haul alm. KH. M. Daud Arif dan haul para pejuang Selempang Merah dan para pejuang lainnya, serta sekaligus juga pada saat ini kita dapat meresmikan pemakaian mesjid Agung Al-istiqomah Kuala Tungkal. Sudah barang tentu kegiatan yang kita laksanakan pada hari ini mempunyai makna dan dampak positif yang sangat luas bagi perkembangan kehidupan umat Islam khsusunya di daerah ini. Dengan berdirinya mesjid Agung Al-istiqomah di Kota Kuala Tungkal ini setidaknya akan semakin menata partisipasi umat Islam untuk membangun daerah ini. Dan yang lebih penting lagi, kenyataan ini membuktikan bahwa di tengah-tengah kita terus bepacu dengan kegiatan pembanguan fisik material, kita tetap dan terus melaksanakan pembangunan mental spritual secara selaras, serasi dan seimbang dengan melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana serta pengembangan dan peningkatan sumber daya manusianya. Tentunya sarana pokok pembangunan mesjid ini tidak lain adalah untuk pusat kegiatan pengembangan agama dengan memantapkan peran timbal balik antara mesjid dan jama’ah. Atau dengan kata lain mesjid membina jama’ah dan jama’ah membina mesjid. Sebab, hal ini merupakan pangkal pengembangan agama dalam hubungannya dengan pambangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Kemudian pada tanggal 3 Januari 2002 di keluarkanlah Surat Keputusan YPHI Kuala Tungkal Nomor 02 Tentang Pengangkatan Pimpinan/Pengasuh PP PHI Masa Bakti 2003-2007.[29]

Susunan Pengurus Pimpinan/Pengasuh Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal

I. Pelindung/Penasehat : Pimpinan Yayasan PHI Kuala Tungkal

II. Pimpinan/Pengasuh :

Ketua : KH. Abdul Halim Kasim, SH

Wakil Ketua : Ustaz H. Hasan Basri

Wakil Ketua : Ustaz H. Abd Hamid Kurnain

Sekretaris : Ustaz Ahmad Muqri

Wakil Sekretaris : Muhammad Idrus. HB

Wakil Sekretaris : Ahamad As’ad

Bendahara : Buchari Ahmad

Wakil Bendahara : M. Idrus Daud

III. Pembantu UMUM/Anggota

1. Kepala Madrasah Aliyah PHI Kuala Tungkal

2. Kepala SMU PHI Kuala Tungkal

3. Kepala Madrasah Tsanawiyah PHI Kuala Tungkal

4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Putera PHI Kuala Tungkal

5. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Puteri PHI Kuala Tungkal

6. Kepala Sekolah Dasar PHI Kuala Tungkal

7. Kepala Asrama Ponpes PHI Kuala Tungkal


Kuala Tungkal, 3 Januari 2002

YAYASAN

PERGURUAN HIDAYATUL ISLAMIYAH

KUALA TUNGKAL


Ketua,

ttd

K. H. Mohd. Arsyad

Sekretaris,

ttd

Drs. H. Fauzi Mansyur





Pembangunan di kota Kuala Tungkal tampaknya kian marak saja, bahkan masjid yang terletak di samping madrasah PP PHI tercinta inipun giat bersolek mempercantik diri. Ada rasa haru gembira dan bangga melihat kemajuan itu. Namun bila kita melihat gedung PP PHI, kebanggaan dan kegembiraan tadi akan berubah menjadi kecemasan. Bagaimana tidak, sebab sekolah ini tampak mencolok ketidak-indahannya. Sedikit banyaknya keadaan ini akan mengusik ketentraman hati kita.

Banyak problema yang dihadapi PP PHI sekarang, hampir pada semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan, di antara yang paling mencolok adalah sarana dan prasarana dan belum memadai. Kita contohkan, seperti ruang belajar untuk Madrasah Aliyah yang kecil, setiap lokalnya menampung santri sekitar 60 orang, jumlah yang cukup banyak. Serta ketidaklengkapan sarana penunjang seperti perpustakaan, labor (IPA dan Bahasa). Sunguh ironis bukan, mencengangkan bagi kita semua. Tapi itu semua dilakukan semata-mata karena kebutuhan yang begitu mendesak dan keterbatasan pihak Yayasan dalam membangun sarana dan prasarana. Bukan disengaja. Jadi apa yang didapatkan oleh santri, hanyalah kebisingan dan keributan, tidur, yang pada akhirnya mengganggu proses belajar mengajar yang menjadi tidak efektif.

Sekarang PP PHI sedikit merosot, berkurangnya santri yang ta’zim dan sami'na wa atho'na kepada kyai/ustaz, malah sebaliknya ada ”oknum santri” yang menyeleneh dari belakang kyai atau ustaz mereka, terkadang juga di hadapan mereka. Hal ini dikarenakan keadaan masyarakat dulu dan sekarang sudah jaiuh berbeda, yang paling adalah karena akibat zaman yang sudah mengglobal.

Hal ini juga dapat terlihat dari kualitas lulusannya, yang mana mayoritas mereka tidak dapat membaca “kitab gundul” lagi. Hampir hilang karakteristiknya sebagai pondok. Itu terlihat dari aspek kualitasnya. Namun dari aspek kuantitas, PP PHI masih tetap digemari oleh berbagai lapisan masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan nasional berciri khas Islam, PP PHI tentu identik dengan penguasaan ilmu-ilmu keagamaan beserta perangkat pendukung utamanya, yaitu bahasa Arab. Para lulusan madrasah seyogyanya memiliki kebanggaan tersendiri karena kemampuannya dalam membaca, menulis, dan memahami bahasa Arab, yang merupakan kunci untuk memahami al-Qur'an dan Hadits serta kitab-kitab keagamaan klasik. Sayangnya, beberapa penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Arab para lulusan madrasah semakin menurun, kalau tidak bisa dikatakan sangat lemah.

Anggaplah itu benar, berarti ada sesuatu yang harus dibenahi di dalam sistem pendidikan madrasah, terutama menyangkut pengajaran bahasa Arab. Dalam hal ini kita akan menyoroti dua hal, yaitu metode pengajaran dan sikap mental budaya terhadap bahasa Arab itu sendiri.

Pada akhir abad 20, peralihan ke abad 21, masih ada (mungkin sekitar 20-30 orang) yang cukup bisa membaca dan memahami kitab kuning/pasif, dan beberapa orang yang bisa berbicara aktif. Mungkin hal ini dapat menjadi tolok ukur kemajuan PP PHI itu sendiri. Namun saat ini, sangat disayangkan, jarang sekali ditemukan pada santri-santri yang dapat membaca kitab kuning itu. Mungkin sekarang kurang dari itu, hanya orang saja, cukup signifikan sekali penurunannya yang hampir saja akan kehilangan ciri khasnya sebagai pondok pesantren yang siap mencetak santri yang faham ”kitab kuning” hingga ”kitab putih”. Ya Allah…..

Dari latar belakang pengalaman historis dan nilai-nilai yang berkembang di PP PHI memunculkan watak kemandiriannya sendiri seiring dengan perkembangan zaman, sehingga fungsi pondok pesantrenpun bertambah. Pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan, tetapi juga sebagai perkembangan masyarakat diberbagai sektor kehidupan.

Tapi, memang aneh bin ajaib hingga zaman gini, ada beberapa orang di antara mereka (santri) ada yang masih pandai membaca kitab yang tidak berbaris itu, berkah dan hikmah biasa kami menyebutnya. Mungkin itu karena para pendiri dan para mu'allim terdahulu begitu ikhlas niatan mereka dalam mendirikan PP PHI demi menyebar luaskan ajaran Islam. Sesuai dengan visi dan misi didrikan PP PHI ini berikut akan dijelaskan bagaimana peranan masdrasah ini dalam kemajuan dan perkembangan Tanjung Jabung Barat ini.

Sekarang, memang begitu sulit penanaman seperti ini di sekolah PP PHI, karena banyak faktor penyebabnya. Inilah sebabnya pendidikan agama di sekolah ini, sekarang hanya sedikit dari mereka yang memperoleh ilmu agama yang begitu berlimpah di pondok pesantren bila dibandingkan dengan sekolah umum, namun di bidang umum PP PHI terkadang juga tidak begitu kalah saing walaupun sedikit tetinggal.

Memang kondisi sekarang sudah jauh berbeda dari zaman bengen. Bila dulu umpamanya, bahwa pondok pesantren mengajarkan mencium tangan kyai untuk meminta barokah kyai (ta 'zhim), namun hampir luntur tradisi seperti itu.

Inilah kondisi yang dialami PP PHI sekarang, banyak para santri berprilaku melenceng dari tujuan pondok pesantren itu sendiri. Kalau sudah demikian, siapakah yang akan diperasalahkan, murid-muridnya (santri) ataukah corak dan karakter kepemimpinan kyai di PP PHI?

Lembaga pendidikan PP PHI dikenal sebagai lembaga pendidikan yang menganut sistem terbuka sehingga amat fleksibel dalam mengakomodir harapan-harapan masyarakat dengan cara yang khas dan unik. Namun, karena kelembagaan pesantren semakin hari terus berubah, antara lain menyelenggarakan sistem persekolahan di dalamnya, maka dengan sendirinya lembaga ini selayaknya melaksanakan fungsi-fungsi layanan secara sistematik pula, sama halnya PP PHI dengan menyelenggarakan jenjang pendidikan di sekolah.

Dalam pelaksanaannya tidaklah mudah. Akan tetapi PP PHI tetap memberikan tambahan atau melakukan langkah-langkah inovatif, misalnya dengan mengajarkan kitab-kitab yang lebih populer (agama maupun umum), tetapi lebih dalam penyajiannya sehingga lebih efektif bagi para santri menguasai materi.

Menurut sepengetahuan penulis, dari sekian banyak pesantren modern yang ada di provinsi Jambi, PP PHI Kuala Tungkal adalah alah satu pondok pesantren yang memiliki jumlah santri yang cukup banyak mencapai hampir 1000 orang pada saat ini.

Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di masa lalu. Jika dulu pesantren mempunyai kiprah sentral dalam perjuangan dan mengisi pembangunan, juga kualitas pendidikannya secara umum sangat baik. Pada saat ini, memang secara kuantitas jumlah santri dan guru di lingkungan PHI meningkat tajam sejal awal berdirinya. Namun secara kualitas menurun drastis dari segi keilmuan atau pendikan agama.

Ada banyak hal yang menyebabkan penurunan kualitas pendidikan dan daya tarik pesantren di mata masyarakat secara umum.

1. pertama, faktor minimnya tenaga pengajar yang berkualitas. Hal ini berpengaruh pada kualitas out put, yakni murid yang cerdas, berdaya saing tinggi, dan siap berkompetisi. Dalam era globalisasi saat ini, persaingan tidak bisa dihindarkan, dan hanya mereka yang siap secara SDM dan berkualitaslah yang akan memenangkan persaingan.

2. kedua, faktor keterbatasan sarana prasarana. Pendidikan yang berkualitas dan maju salah satunya dapat dilihat dari perangkat sarana dan prasarana penunjang. Pada kebanyakan lembaga pendidikan Islam seperti pesantren dan madrasah, masalah sarana prasarana yang memadai masih sangat mewah.

3. ketiga, faktor ekonomi. Kebanyakan anak didik yang menuntut ilmu di pesantren maupun madrasah berasal dari kalangan menengah ke bawah. Hal ini mungkin kurang memungkinkan, karena untuk mencetak pendidikan yang maju dan berkualitas dibutuhkan biaya yang tidak kecil.

4. keempat, faktor lemahnya metodologi. Sistem pendidikan yang ditempakan di pesantren. Sejauh ini pola atau sistem yang diterapkan dalam prose belajar mengajar masih kurang bisa mengikuti perkembangan.

Cara konvensional seperi sorongan atau murid yang lebih banyak pasif, juga tidak menguntungkan dan hanya membuat anak didik tidak kreatif. Pada tingkatan yang lebih jauh, sistem ini secara langsung maupun tidak langsung dapat membuat pola pikir santri menjadi ’cekak’, melihat Islam secara hitam-putih, dan berpikiran tidak inklusif. Fakta ini ditatanan berikutnya bisa memunculkan benih-benih pemahaman terhadap Islam yang tidak produktif karena hanya se arah, yaitu murid menerima apa yang diajarkan dari kitab-kitab kuning maupun materi lainnya, tanpa ada kesempatan anak didik berupaya mengekspresikan diri melalui ide dan gagasannya.

Memasuki abad milenium ini, dalam era yang demikian, situasi dunia menjadi amat transparant, ”jendela dunia” intemasional yang terbuka terdapat hampir di setiap rumah. Apa yang terjadi disalah satu sudut ”pintu gerbang” antar negara semakin terbuka, sekat-sekat budaya menjadi hilang, budaya antar bangsa semakin membaur, melebur serta saling mempengaruhi, yang pada akhirnya akan terbentuk apa yang disebut sebagai ”gaya bidup global”.

Melihat perkembangan dunia yang begitu cepat ini bagi banyak kalangan telah memunculkan respon dan spekulasi yang beragam, tidak terkecuali bagi santri PP PHI, perubahan-perubahan yang terus muncul belakangan ini di dalamnya hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, mulaiaspek ekonomi hingga aspek nilai-nilai moral. Secara sederhana, era global ini dapat diilustrasikan dengan ”persaingan sengit” dalam bidang ekonomi dan politik, kemajauan sains dan teknologi, arus informasi yang cepat, dan perubahan sosial yang tinggi. Sehingga memunculkan pergulatan serius untuk mempertahankan PP PHI agar tetap eksis.

Proses globalisasi adalah suatu proses menuju budaya global. Banyak yang belum menyadari bahwa proses itu akan mengubah hal-hal yang mendasar dan luas. Mendasar berarti melingkupi pandangan-pandangan hidup, luas berarti dapat mencakup seluruh aspek kehidupan. Perubahan bukan mustahil berupa penyimpangan-penyimpangan dari nilai-nilai tetap yang kita yakini kebenarannya, misalnya sebagaimana yang diinginkan oleh Pancasila dan agama yang kita yakini. Kegusaran kita terhadap kemungkinan ini – sebagiannya telah nyata – membawa kita menoleh (lagi) ke pesantren, suatu lembaga yang telah membuktikan dirinya cukup mempunyai daya tahan terhadap perubahan nilai.

Hal ini merupakan tantangan bagi PP PHI untuk tetap berdakwah dan menjaga tatanan masyarakat yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan dalam membendung arus globalisasi yang negatif dan sistem kapitalis yang dirasakan kehadirannya begitu dekat dengan lokasi pondok pesantren.

Akan tetapi, mampukah PP PHI nantinya menjadi salah satu lembaga pendidikan yang terandalkan dalam menyeleksi dan memfilterisasi nilai-nilai yang ditawarkan oleh pihak asing dalam globalisasi ini?

Pembangunan di PP PHI berkembang dengan pesat terbukti dengan banyaknya gedung yang telah dibangun oleh pihak PP PHI. Tapi faktor kurang luas lahanlah yang menjadi permasalahan pokok pihak Yayasan PHI untuk membangun lokal/ruangan yang lebih banyak untuk mendukung proses belajar megajar di PP PHI karena muridnya yang terlalu banyak dengan ruangan yang sedikit.

Begitu besarnya animo masyarakat untuk rnemasukkan anaknya ke PP PHI, lembaga inipun ’kewalahan’ menerima para santri baru, karena terbatasnya sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitas PP PHI, maka sesuai dengan master plan tahun 2000, secara bertahap PP PHI membangun berbagai fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kota pembangunan gedung pesantren baru dengan membongkar gedung yang lama. Sekarang PP PHI-pun masih dalam tahap membangun, yaitu ingin membangun sebuah gedung modern dengan 4 (empat) tingkat yang berarti memiliki kelas yang cukup banyak untuk menampung tamatan dari MI/SD dan MTS/SMP yang dilengkapi banyak fasilitas pendukung yang hingga saat ini masih dalam tahap pembangunan. Cukup lamban pembangunannya karena terbentur oleh dana yang belum mencukupi, dan sedikit terbengkalai karena bahan-bahan materil bangunan yang begitu melambung harganya.

Namun kecemasan tadi sedikit agak terobati melihat good will (niat baik) dari pihak yayasan yang ingin mengubah performance PP PHI menjadi lebih anggun dan up to date (baca komplek pendidikan PP PHI terpadu). Tetapi perlu DIHURUFBESARKAN bahwa dengan good will saja tidaklah cukup dan belum tentu dapat mewujudkan impian itu. Untuk mewujudkan komplek pendidikan PP PHI terpadu bukan kerja gampangan, semudah mengatakannya atau membalik telapak tangan. Dibutuhkan pemikiran serius dan pekerjaan ekstra keras.

Terjadi sedikit perubahan pada tampuk kepemimpinan untuk Tingkat MTs, yang mana Mudirnya KH. M. Ali Wahab yang sudah begitu ’udzur tidak bisa memegang tampuk kepemimpinan lagi dikarenakan sudah tua, sehingga digantikan oleh menantu Beliau KH. Abdul Hamid Kurnain yang mana Beliau adalah alumni Madrasah Nurul Iman Jambi.

Hal yang patut kita catat dan garisbawahi, sebagai warga PP PHI adalah, bagaimana kita bersyukur pada Allah SWT dengan good will tadi ada titik terang dan secercah harapan yang ingin kita tuju dan capai. Tinggal bagaimana secara bulat kita mendukung usaha tadi.

Adapun porsi kita sebagai pelajar PP PHI dalam usaha perwujudan harapan tadi harus bersifat pro-aktif, artinya, kita jangan sungkan-sungkan untuk menyatakan setuju apabila PP PHI lebih baik dan maju. Dan juga kiranya kurang wajar bila kita hanya sekedar menjadi penonton setia, yang bersorak ketika meyenangkan dan menggerutu bila mengecewakan. Keadaan ini penting difahami dan dilaksanakan, bila tidak, kemungkinan besar kita semua akan terlibat polemik berkepanjangan yang menghabiskan pikiran, tenaga dan waktu, serta tidak menghasilkan apa-apa kecuali hanya harapan kosong dan kekecewaan. Dari banyaknya persoalan di atas, bagaimana PP PHI merespon itu semua?


[16] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 12.

[17] Sugeng Edy Saputra (1993). Tinjauan Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Madrasah Aliyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. h. 39.

[18] Piagama Pendirian Madrasah Swasta. 1993. Dokumentasi.

[19] M. Ridwan (1994). Pola Belajar Nahwu dan Shorof Dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. IAIN STS Jambi: Jambi. 36.

[20] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 12.

[21] H. Syukri Shaleh, Wawancara.

[22] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 12-13.

[23] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 13.

[24] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 14.

[25] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 15.

[26] Abdul Halim Kasim (1997). Sejarah Singkat Perguruan Hidayatul Islamiyah Kuala Tungkal. Yayasan PP PHI Kuala Tungkal: Kuala Tungkal. h. 1-17.

[27] Lembaga Adat Kabupaten Tanjung Jabung Barat (2003). Buku Panduan Pengukuhan dan Pemberian Gelar Adat Di Bumi Serengkuh Dayung Serentak Ke Tujuan: Kuala Tungkal. h. 12.

[28] Perpustakaan Negeri Jambi. 2000, Documentasi.

[29] SK YPHI. 2003, Dokumentasi.

0 komentar:

Posting Komentar