.

.
.

Senin, 22 Maret 2010

SEJARAH PHI KUALA TUNGKAL (BAB V)

BAB V

GAMBARAN UMUM

PP PHI KUALA TUNGKAL


A. LETAK GEORAFI DAN KEADAAN DEMOGRAFI PP PHI

Ditempuh waktu sekitar 3 jam dari ibu kota provinsi dengan kendaran umum. PP PHI Kuala berlokasi di kelurahan Tungkal III Kuala Tungkal Jl. KH. Abdul Wahab Kecamatan Tungkal Ilir, kabupaten Tanjung Jabung Barat lokasinya dikelilingi perumahan rakyat. PP PHI dekat dengan pusat kota Kuala Tungkal, yang berada di muara sungai pengabuan, di pantai Timur pulau Sumatera, dekat dengan laut, yang memudahkan bagi masyarakat daerah tetangga untuk bersekolah disini. Letaknya yang tepat di tengah-tengah pemukiman warga, begitu strategis sehingga membuat pesantren mudah dijangkau.

Berikut ini adalah letak dan batas luas PP PHI:

1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan Pelabuhan.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Hidayat.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan H. Bahruddin.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan KH. Abdul Wahab.

Disana akan terlihat bangunan tempo dulu, seperti bangunan peninggalan Belanda, tapi sayang bangunan tua itu harus dibongkar habis untuk membangun PP PHI yang lebih bergengsi.

Namun, tatkala kita berjalan mengitari PP PHI, maka kita akan mengetahui inilah adalah sebuah pondok pesantren, dengan papan mereka yang besar terpampang di depannya, tetapi tidak ada asrama disekitarnya. Tetapi asramanya jauh dari lokasi pesantren. Bukan itu saja, termasuk rumah tempat tinggal para untazpun berjauhan dari satu ke yang lain, tetapi ada juga rumah para kiyai yang berdekatan.

Dengan Lokasi yang terpencar tidak seperti pondok pesantren kebanyakan pada umumnya yang berlokasi satu tempat antara setiap jenjang pendidikan dan dilengkapi dengan asrama, Berbeda dengan PP PHI, sebaliknya terpisah.

Adapun keadaan masyarakat Kuala Tungkal adalah masyarakat yang berasal darii suku perantauan/pendatang, yang mayoritas mereka adalah etnis perantauan dengan populasi penduduk ±50.000 orang. Hingga saat ini PP PHI tetap menjadi pondok pesantren kebanggaan masyarakat kota Kuala Tungkal dan masih eksis dengan dukungan dan partisipasi masyarakat yang mayoritas penduduk kota Kuala Tungkal beragama 99% Islam.


B. VISI DAN MISI

Tujuan dibangunnya MHI dan peran strategisnya dalam proses pembangunan sosial kemasyarakatan dan penyebarluasan ajar an Islam di Kuala Tungkal. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa sistem pendidikan dan pengajaran Islam pada masa lalu, terutama pesantren yang bersifat tradisional masih terdapat banyak kelemahan, terutama sistem yang menyangkut di dalamnya.

Bercita-cita untuk melahirkan generasi muda yang menguasai ilmu agama dan ilmu umum secara terpadu. Sehingga dapat melahirkan insan-insan yang bermamfaat dan siap pakai bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga mampu mendakwahkan, menggajarkan, membela serta memelihara agama Islam dimanapun mereka berada.

Untuk mengetahui maksud dan tujuan pendirian PP PHI ini adalah sebagaimana tercantum dalam visi dan misi PP PHI itu sendiri, yaitu:

b. Visi

Berakidah Islamiyah, berakhlakul karimah dan berkualitas dalam prestasi.

c. Misi

1. Terbentuknya anak bangsa yang berakhlakul karimah, kuat dalam aqidah Islamiyah, cerdas dan terampil, berilmu amaliyah, beramal ilmiyah dan mandiri.

2. Tercapainya prestasi hasil belajar siswa untuk menjadi manusia yang berkualitas serta teladan bagi lingkugannya.

3. Terciptanya madrasah yang Islami berbasis pada masyarakat. Berdasarkan visi dan misi tersebut, maka disusunlah program yangberkesinambungan, baik jangka pendek, menengah dan panjang.

Semua itu terdapat dalam pondok pesantren adalah bahwa semua pondok pesantren melaksanakan tiga difungsi kegiatan yang dikenal dengan Tri Darma Pondok Pesantren, yatiu:

1. Peningkatan dan keimanan dan ketaqwaan terhadapa Allah SWT

2. Pengembangan keilmuan yang bermamfaat, dan

3. Pengabdian terhadap agama, matyarttat, dan negara.

Sejalan dengan Visi dan Misi tersebut, maka PP PHI merasa perlu memasukkan dan mengembangakan kurikulum pendidikannya dengan mendirikan lembaga pendidikan formal.

Sesuai dengan cita-cita awal pendirinya, lembaga ini tidak hanya bergulat dibidang pendidikan secara khusus, namun telah berupaya menanamkan misi keIslaman yang hakiki, melalu jalur dakwah dan usaha sosial lainnya. Namun demikian, peran pesantren dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tidaklah diragukan dan pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada pada waktu itu {sebelum abad ke-20). Pesantren juga berjasa dalam menumbuhkan semangat patriotisme dan nasionalisme sehingga tercapainya sebuah kemerdekaan yang sudah sekian lama dicita-citakan.

C. CIRI-CIRI PP PHI

Terkadang pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Gerakan kehidupan pesantren ini tampak dari suasananya sama halnya seperti sekolah-sekolah lain, tetapi sedikit berbeda yaitu dengan adanya ciri khas Islaminya yang sudah tampak jika orang melihatnya, yaitu dengan adanya merk yang terpampang besar di depan sekolah.

Ciri khas pondok pesantren PP PHI adalah mengkaji ilmu-ilmu yang digunakan untuk mengkaji kutub atau buku-buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, seperti ilmu bahasa Arab, manthiq, balaghah, bayan, ma'ani, badi' dan sebagainya, serta adanya pemisahan antara tempat tinggal santri laki-laki dengan perempuan.

Pada awal mulanya, ciri-ciri pondok pesantren PP PHI adalah sebagai berikut:

a. Belajar dengan guru, yaitu membaca, murid mengikutnya sampai dapat.

b. Belajar besdama, mereka membaca kitab dengan baris membuat catatan penting dan menterjemahkannya.

c. Kitab yang dibaca adalah kitab yang berhasa Arab gundul (tidak berbaris).

Salah satu kekhasan lembaga pendidikan adalah adanya hubungan erat dan kebersamaan antara masyarakat doflgan pondok pesantren. Hal ini dapat dimengerti karena pendirian PP PHI didukung sepenuhnya oleh masyarakat sekitar.

Namun sekarang PHI telah berkembang cukup seperti saat ini. Ciriumum yang dapat diketahui adalah bahwa PP PHI memilik kultur khas» yang berbeda denga budaya sekitarnya, yang disebut juga sebagai sebuahsub-kultur yang besifat idiosynsratic. Cara pengajarannyapun unik, sang kiyai yang biasanya adalah pendiri skaligus pemilik pesantren, membacakan manuskrip-manuskrip keagamaan klasik berbahsa Arab {dikenal dengan sebutan “kitab kuning), sementara para santri mendengarkan sambil memberi catatan (ngesahi; Jawa) pada kitab yang sedang dibaca. Juga dengan membedakan lokal para santri dalam proses belajar mengajar, artinya, untuk santriwan ada lokal tertentu dan untuk santriwati ada pula lokal tertentu tidak digabungkan/disatu tempatkan antara laki-laki dan perempuan seperti layaknya sekolah umum.

Selain ciri-ciri di atas, PP PHI juga disatukan melalui persamaan tata hubungan yang khas dalam pendidikan dan kemasyarakatan, yaitu:

a. Hubungan yang dekat antara kiyai dan santri;

b. Ketaantan santri yang tinggi kepada kiyai;

c. Hidup hemat dan sederhana;

d. Tingginaya semangat kemandirian para santri;

e. Berkembanganya suasana peraudaraan dan tolong menolong;

f. Tertanamnya sikap istqomah.

D. TYPE PONDOK PP PHI

Pondok pesantren PP PHI tidak hanya konvensional, yang mengkhususkan pada pelajaran kitab-kitab salaf (tradisional) saja, tetapi sudah berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan Islan modern yang cukup dikenal dan disegani di Propinsi Jambi. Pondok Pesantren PP PHI adalah model pondok pesantren campuran/kombinasi antara salaf dan khalaf yang berada di antara dua model pondok pesantren.

Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakahn diri pesantren salafiyah, yaitu pondok pesatren yang menyelenggrakan pelajaran dengan pendekatan tradisional sebagaimana yang berlangsung sejak awal tumbuhnya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Pembelajarang tidak didasarkan pada satu waktu, tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari. Dengan selesainya satu kitab tertentu, santri dapat naik ke jenjang dengan mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi, demikian seterusnya. Pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang.

Demikian juga pesantren khalafiyah, yaitu pondok pesantren yang menyelenggarkan kegiatan pendidikan dengan pendidikan modern melalui pendidikan formal, baik madrasah (MI, MTs, MA dan MAK) maupun sekolah (SD, SMP, SMU, dan SMK) atau nama lainnya, tetapi dengan pendekatan klasikal pondok pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan suatu program yang berdasarkan suatu waktu, seperti catur wulan, semester, tahun/kelas dan seterusnya. Pada pondok pesantren khalafiyah, pondok lebih banyak berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kondusif untuk pendidikan agama. Pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan pengajian kitab klasik, agak janggal disebut pondok pesantren. Begitu pula dengan lembaga pendidikan PP PHI, kini menyelenggarakan pendidikan dari tingkat ibtidaiyah hingga ke tingkat Aliyah.


E. UNSUR-UNSUR POKOK PP PHI KUALA TUNGKAL

1. Kiyai

Pondok pesantren PHI Kuala Tungkal secara umum sama dengan pomdok-pondok pesantren lainnya, baik itu dari kurikulum yang digunakan maupun dari aspek yang lainnya. Dalam suatu pondok pesantren ada yang namanya ustaz dan santri, karena jika tidak ada salah satunya, maka tidak akan terjadilah proses pembelajaran. Ustaz adalah sebagai pemdidik santri.

Ustaz dan santri merupakan subjek dan objek dalam proses pembelajaran. Dimana pada kedua terjadi hubunga timbal balik agar proses pembelajaran terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.

Peran penting kiyai terus signifikan hingga kini. kiyai dianggap memiliki pengaruh secara sosial dan politik, karena memiliki ribuan santri yang taat dan patuh serta mempunyai ikatan primordial (patron) dnegan lingkungan masyarakat sekitarnya.

2. Santri

Adapun santriwan dan santriwati yang terdftar di PP PHI mayoritas mereka pada umumnya berasal dari sekitar Tanjung jabung Barat sendiri, dan adapula yang berasal dari Bangko (Jambi) dan Tembilahan (Riau).

Orang tua santri PP PHI memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang beragam. Banyak sekali dari orang tua santri yang kurang mampu. Ada yang menjadi petani, nelayan, pedagang, tukang, buruh dan lainnya, dan sedikit sekali yang menjadi pegawai dan guru, datang mulai dari kota hingga ke pelosok desa.

Mereka ini hampir seluruhnya bukan santri seperti pada pondok kebanyakan, mereka hanya bersekolah di komplek pesantren. Santri adalah mereka yang memondok di pesantren dan mengaji kitab kuning, atau mereka yang tidak mondok (disebut santri kalong) tetapimengaji kitab kuning, tetapi jumlahnya hanya sedikit sekali.

Pesantren yang mempunyai pondok, dalam proses interaksi sosialnya mempunyai karakteristik pendidik yang melahirkan kegotong-royongan, semangat tolong menolong, jiwa kesatuan dalam jama’ah (ruhul jama’ah), rasa persamaan, semangat bermusyawarah, semangat mematuhi ketentuan, rasa saling meneggang rasa yang disebut tasamuh (toleransi) dan sebagainya. Pesantren biasanya (walaupun tidak selalu) berada di daerah pedesaan, jauh dari jalan-jalan besar.

Memang MHI dulu dengan PP PHI sekarang jauh bebeda. Jika dulu MHI terletak di sebuah desa kevil terpencil, kini PP PHI sekarang berada pada daerah berkembang maju pesat bukan seperti dulu lagi. Sekarang kauala tungkal menjadi sebuah kocil kecil yang tersu berbenah dan berkembang yang tak pelak lagi posisinya aberada di tengah-tengah kota, sungguh terbalik 360o, sungguh terbalik drastis.

3. Pondok/Asrama

Pondok, atau tempat tinggal para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya yang berkembang dikebanyakan wilayah Islam negara-negara lain. Bahkan, sistem pondok inilah yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan surau.

Setidaknya ada beberapa alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok (asrama) untuk tempat tinggal para santrinya.) untuk tempat tinggal para santrinya. Di antaranya, kemasyhuran seorang kiyai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam, merupakan daya tarik para santri jauh untuk dapat menggali ilmu dari kiyai tersebut secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama sehingga untuk keperluan itulah seorang santri harus menetap.

Pentingnya pondok pesantren sebagai asrama para santri tergantung pada jumlah santri yang datang dari daerah yang jauh. Untuk pesantren kecil, misalnya, para santri banyak pula yang tinggall di rumah-rumah penduduk di sekitar pesantren.

Di luar semua yang tellah disebutkan di atas, ada yang khas dari ciri pondok, yaitu adanya pemisahan antara tempat tinggal santri laki-laki dengan perempuan. Di sinilah letak pentingnya pondok elemen penting yang turut menopang keberlangsungan tradisi pesantren di Indonesia.

4. Pengajian

Berdasarkan catatan seajarah, pesantren telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya karangan-karangan mahab syafi’iyyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat atau sering diebut kitab gundul merupakan satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas pesantren di Indonesia. Pada umumnya, para santri datang dari jauh dari kampung halaman dengan tujuan ingin memperdalam kitab-kitab Islam klasik tersebut.

5. Masjid

Seorang kiyai ingin mengembangkan pesantren, pada umumnya yang pertama-tama yang menjadi prioritas adalah masjid. Masjid dianggap sebagai symbol yang tidak terpisahkan dari pesantren. Masjid tidak hanya sebagai tempat ritual ibadah, tetapi juga tempat pengajaran kitab-kitab klasik dan aktifitas pesantren lainnya.

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari system pendidikan Islam yang pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW.


F. STRUKTUR PERSONALIA PP PHI

Setiap lembaga pendidikan atau lembaga lainnya sudah tentu mempunyai seorang pemimpin beserta stafnya, ustaz, karyawan, santri serta aturan-aturan tertentu dan kewajiban yang ditentukan oleh struktur organisasi yang berlaku.

Struktur organisasi sangat berperan disetiap lembaga, baik lembaga pendidikan maupun non-pendidikan. Maka dalam menjalankan tugasnya, Mudir 'Am (kepala PP) harus berada dibidang pendidikan dasar guru, yang mana dalam organisasi tersebut di dalamnya yang menggambarkan pembagian tugas secara merata antar semua personil sekolah dengan menyesuaikan jabatan dan kemauan personil. Guna memperlancar aktivitas pembelajaran personil yang diamanatkan, maka haruslah memiliki kompetensi dibidang tersebut, serta memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi atau lembaga pendidikan tersebut agar dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, tidak terkecuali PP PHI.

Terdapat Mudir 'am (pimpinan pondok pesantren) wakil Mudir 'am, sekretaris, ketua bidang kesiswaan, sarana prsarana dan kurikulum. PP PHI Kuala Tungkal dipimpin oleh Mudir 'am yang bertugas mengkordinir seluruh kegiatan sekolah agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk memperlancar tugas Mudir 'am, maka dibantu oleh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, yang mana wakil kepala sekolah tersebut diberikan tugas harian oleh komite sekolah yang bertugas sebagai penasehat, memberi pertimbangan terhadap kebijaksanaan yang akan diambil Kepala sekolah.

Pengangkatan kepala sekolah berdasarkan sutrat keputusan yang dikeluarkan oleh Yayasan PHI. Kepala sekolah bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang berhubungan dengart kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

Sejak awal berdirinya hingga sekarang, pondok PP PHI telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan. Dikenal beberapa kali periode kepemimpinan, yang pada umumnya pergantian kepemimpinan disebabkan oleh' faktor alami, seperti kematian dan tidak adanya peningkatan kualitas kepemimpinan seiring meningkatnya pengaruh sang kiyai meski dengan kadar yang berbeda-beda, sesuai dengan perbedaaft paradigma penyelenggaraan pendidikannya. Sebagai sebuah gaya kepemimpinan, sudah barang tentu terdapat kelebihan dan kekurangan.

Berikut ini adalah pemegang tampuk kepemimpinan PP PHI secara umum. Walaupun disini hanya dijelaskan pertingkatan saja, namun pada dasarnya mereka adalah pemimpin PP PHI secara keseluruhan yang mencakup semua tingkatan pendidikan di PP PHI.

Adapun tokoh pemimpin (Mudir ’am) yang pernah memegang tampuk kepemimpinan untuk Tingkat MTs PHI hingga sekarang, yaitu:

  1. KH. M. Daud Arif (1961-1976)
  2. KH. M. Shaleh Ramli (1976)
  3. KH. Gumri Abdullah (1976-1980)
  4. KH. M. Ali Abdul Wahab (1980-2007)
  5. KH. Abdul Hamid Kurnain (2007-sekarang)

Adapun tokoh pemimpin (Mudir ’am) yang pernah memegang tampuk kepemimpinan untuk Tingkat MA PHI hingga sekarang, yaitu:

1. KH. M. Daud Arif (1971-1976)

2. KH. M. Shaleh Ramli (1976)

3. KH. Subli (1976-1979)

4. KH. Gumri Abdullah (1979-1997)

5. KH. Abdul Halim Kasim, SH (1997-sekarang)

Adapun kepengurusan di PP PHI adalah sebagai berikut:

1. Pengurus yayasan PHI

2. Dewan Penyantun PP PHI

3. Kerukunan Keluarga PP PHI

4. Panitia Pembangunan PP PHI

5. Dewan pembina asrama

6. Sekertariat

7. Pimpinan (Mudir) PP PHI

8. Kepala Sekolah MI, SD, MTs, MA dan SMU

9. Wakil Kepala Sekolah MI, SD, MTs, MA dan SMU

10. Tenaga Administrasi

11. Tenaga edukatif

12. OSIS

13. Santri

G. ADMINISTRASI

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah, administrasi memegang peranan yang sangat penting terutama dalam melaksanakan tugas ketatausahaan dan administrasi lainnya yang berkenaan dengan kelancaraan proses belajar mengajar di sekolah.


Adapun kegiatan tata usaha di PP PHI adalah:

  1. menerima dan mencatat murid baru,
  2. membuat daftar hadir dan absensi,
  3. membuat dokumentasi kelas atau sekolah dan laporan-laporan,
  4. membuat agenda, arsip dan ekspedisi,
  5. membantu Kepala sekolah dalam proses belajar mengajar,
  6. dan Iain-lain.

0 komentar:

Posting Komentar