SEJARAH PHI KUALA TUNGKAL (BAB VI)

BAB VI

MENUJU KOMPLEK PHI TERPADU

A. SUMBER DANA PP PHI

Dana pembangunan diperoleh dari sumbangan siswa dan donatur. Diupayakan pula dari badan pengelola dana abadi ONH Departemen Agama. Usaha lain yang sedang dikembangkan adalah memperluas lahan pesantren. Lembaga ini telah pengajukan permohonan pengelolalaan hutan kepada Menteri kehutanan dan perkebunan bekerjasama dengan PT. WKS (Wira Karya Sakti).

Untuk menunjang kegiatan operasional, PP PHI menggali sumber dana untuk kepentingan lembaga diperoleh utamanya dari pondok pesantren. dari iuran pendaftaran dan spp santri, dan biaya denda dari ketidakhadiran santri dalam mengikuti belajar intra, swadaya masyarakat. Oleh karena kebanyakan murid madrasah berasal dari anak petani, tentu saja sedikit banyak juga mempengaruhi terhadap adanya kegiatan dari murid untuk menuntut limu tersebut.

Di sisi lain, banyak bantuan yang diperoleh dari perorangan berupa wakaf, jariyah dan infaq. Adapula dari donatur tetap dan insidental yang secara sukarela memberi bantuan finansial dari lembaga untuk membantu kegiatan yayasan. Adapun bantuan dari lembaga, baik swasta maupun pemerintah, diperoleh pada saat-saat tertentu, misalnya bantuan dari dari Depatemen Agama, Pemerintah Provinsi dan DPRD tingkat II. Dana tersebut dipergunakan untuk modal pembangunan gedung dan kegiatan non fisik.

B. SUMBER DAYA PP PHI

Tidak diragukan lagi banyak sekali ulama-ulama yang berkualitas di bidang ilmu agamanya. Mereka banyak yang keluaran/alumni dai Makkah al-Mukarramah. Walaupun tatkala mereka selesai Belajar disana tidak memilki ijazah/dibloma, namun bidang keilmuan mereka begitu dihargai, karena setiap apa yang mereka sampaikan kepada masyarakat, maka bertambahlahlah ketinggian derajat mereka walaupn tanpa syahadah seperti sekarang ini. Mereka mengajar dengan tanpa pamrih atau meminta balas atas apa yang mereka ajarkan dahulu.

Adapun kiyai atau ustaz/ah yang pernah mengajar sejak berdirinya MHI dan yang sedang mengajar sekarang ini adalah mayoritas mereka rijâl sesuai dengan data yang penulis penlis kimpulkan dari beberapa catatan dan dari alumni yang pernah belajar di MHI ini walaupun tidak semua yang dapat ditulis di bawah ini. Adapun keadaan tenaga kependidikan di PP PHI terdiri dari Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, guru agama, guru umum, tata usaha, bendahara dan pegawai Yayasan, dan hanya sebagian para guru juga sudah berstatus PNS yang mendapat gaji dan tunjangan tetap dari pemerintah.. Di antara tenaga kependidikan yang pernah bertugas di PP PHI dari awalnya yang mana daftar nama di bawah ini adalah nama-nama tenaga kependidikan yang tidak mengajar dan masih aktif mengajar di PP PHI, kebanyakan mereka memegang mata pelajaran lebih dari satu. Di antara mereka adalah:

1. KH. M. Daud Arif

2. KH. Kasim Shaleh

3. KH. Ismail Bustami (Jambi)

4. KH. Abdul Karim (Singapura, Mesir)

5. KH. Ahmad Bukhari (Makkah)

6. KH. Djastan

7. KH. Abdurrahman

8. KH. Hasan, AR (Langkat, Sumut)

9. K. Abdushshomad (Jambi)

10. K. Abdul Hamid Hasan (Kelantan, Malaysia)
11. K. Masrani Kamar

12. KH. Ahmad Nungcik

13. KH. Abdurrahim

14. KH. Abdul Qadir (Jambi)

15. KH. Gumri Abdullah (MTs Aziziyah, Langkat, Sumut)

16. KH. Shaleh Ramli

17. KH. Ardhie Rahman

18. K. Asnan Chalil (umum)

19. K. Hasan Basuni

20. K. Abdul Hamid Ahmad

21. K. M. Amin

22. K. M. Darajatun

23. K. Masri

24. K. Zainuddin

25. K. Habli

26. K. Jumli Saman, BA

27. K. Rajali Basuni, BA

28. KH. Kastalani Ali

29. KH. Abdullah Abdul Wahhab

30. KH. M. Alwi Syabli

31. KH. Kasyful Anwar Al-Hafidz

32. KH. Saman Awang

33. KH. Said Magewi

34. KH. Hasanuddin

35. H. Badrun

36. Hj. Saniah H. M. Daud

37. Hj. Salabiah

38. Hj. Sampurna

39. Hj. Dahlinar

40. Hj. Ramlah

41. Hj. Mastaniah

42. Hj. Ema

43. Hj. Zainidar

44. Ustzh. Mariam

45. Ustzh. Mardiah

46. Ustzh. Saiyah

47. Ust. Nazar Lukman

48. Ust. Salman

49. Ust. Zabir

50. Ust. Abdul Halim

51. Ust. Abdul Hamid Karim

52. Ust. Husaini

53. Ust. M. Saleh. BJ

54. Ust. M. Zen H. M. Sybli

55. Ust. Rus Ferry, S.Pd

56. Ustzh. Zakiyah, S.Ag

57. Ust. Abdul Shomad (Drs)

58. Ust. Mahyuddin Arif (Drs)

59. Ust. Salahuddin (Ir)

60. Ust. Syarifuddi Maksum, SE

61. Ust. Syekhan Al-Jufri (Drs)

62. Ust. Zainuddin (Drs)

63. Ust. M. Hatta (Drs)

64. H. M. Ainani

65. H. Abdul Lathif, M.Ag (Drs)

66. H. Abdul Hakim (Drs)

67. H. Anwar Sadat, M.Ag (Drs)

68. H. M. Yusuf Abdullah, M.Ed (DR)

69. H. Ismail Abdullah, M.Ag (Drs)

70. H. M. Saad Sanusi (Drs)

71. H. A. Syukri Shaleh, MA (Prof. DR)

72. H. M. Arsyad (Drs)

73. Ustzh. Murniati

74. Ust. Rusdianto

75. Ust. Ahmad Khairuddin

76. Ust. Miftahul Janan

77. Ust. M. Iqbal, S.Pd

78. Ustzh. Faridah

79. Ustzh. Intan Marliana

80. Ust. Gunawan

81. Ust. Masrani

82. Ust. Sofian

83. Ust. Ustzh. Faridah

84. Ust. Jabrullah

DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN MA PHI TAHUN 2009

No	Nama	Jabatan
1	KH. Halim Kasim, SH	Kepala MA PHI/Guru
2	H. Fauzi Mansyur (Drs)	Wakasek Bd. Kurikulum/Guru
3	KH. Hasan Basri	Wakasek Bd. Sarana Prasarana/Guru
4	KH. Abdul Hamid Kurnain	Wakasek Bd. Humas/Guru
5	M. Nasri	Wakasek Bd. Kesiswaan/Guru
6	Buchari Ahmad, A.M.Pd	Kepala TU/Guru
7	KH. Fuad Damhuzi, BA	Guru
8	KH. M. Syaimuri	Guru
9	KH. Umar Husin	Guru
10	H. Muslim (Drs)	Guru
11	H. M. Harun Ar-Rasyid, S.Pd.I	Guru
12	H. M. Nasir (Ir)	Guru
13	Abu Manda Hat (Drs)	Guru
14	Ahmad madani, SH (Drs)	Guru
15	Hasan Basri, S.Ag	Guru
16	M. Jamil Gumri, S.Ag	Guru
17	M. Arif, S.Pd	Guru
18	M. Fadli Fakhri, S.Pt	Guru
19	M. Saleh, S.Ag	Guru
20	M. Syukri, SE	Guru
21	Zainal Arifin (Drs)	Guru
22	Nanang Saleh	Guru
23	Ahmad As’ad	Guru
24	Ahmad Makki	Guru
25	M. Said	Guru
26	Hj. Hariyanti (Dra)	Guru
27	Nurhayati, S.Ag	Guru
28	Umi Kultsum, S.Pd.I	Guru
29	Misbah	TU
30	M. Idrus, HB.	TU

DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN MTs PHI TAHUN 2009

No	Nama	Jabatan
1	KH. Abdul Hamid Kurnain	Kepala MTs PHI/Guru
2	Abd. Muiz El-Waqas (Drs)	Wakasek/Guru
3	Ahmad Muqri	Wakasek/Guru
4	Buchari Amad, AMP.d	Wakasek/Guru
5	Ahmad As’ad	Kepala TU/Guru
6	KH. Ali Abdul Wahab	Guru
7	KH. M. Hijazi Ahmad	Guru
8	KH. Hasan Basri	Guru
9	KH. Umar Husin	Guru
10	H. M. Saleh. BJ	Guru
11	H. Hasan Azhari	Guru
12	H. M. Harun Ar-Rasyid, S.Pd.I	Guru
13	H. Anwar Ardabili	Guru
14	H. M. Nasir (Ir)	Guru
15	Ahmad Fauzan, SS	Guru
16	Hasan Basri, S.Ag	Guru
17	M. Fadli Fakhri, S.Pt	Guru
18	Abdul Ghani	Guru
19	Ahmad Makki	Guru
20	Arifin	Guru
21	Kasyful Anwar	Guru
22	M. Husnaini	Guru
23	M. Nasri	Guru
24	M. Said	Guru/TU
25	Nanang Shaleh	Guru
26	Siti Maimunah, S.Pd.I	Guru
27	Nurwahidah (Dra)	Guru
28	Umi Kultsum, S.Pd.I	Guru

DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN SMU PHI TAHUN 2009

No	Nama	Jabatan
1	Mahfudz (Drs)	Kepala SMU PHI/Guru
2	Ishak, SE	Kepala TU/Guru
3	Bahrul Helmi, S.Ag	Guru
4	Khairul Shaleh (Drs)	Guru
5	Yateni Ardi (Drs)	Guru
6	Zainal Arifin (Drs)	Guru
7	Arta Rinaldo	Guru
8	Masrani	Guru
9	Nurhayati, AM.d	Guru
10	Nurmah, S.Ag	Guru

DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN SD PHI TAHUN 2009

No	Nama	Jabatan
1	Fatimah	Kepala SD PHI/Guru
2	Siti Hajar, S.Ag	Guru
3	Mastura	Guru
4	Yuliana	Guru
5	Alamsyah	Guru
6	Muhsin Harmain	Guru
7	M. Syarifufddin	Guru

DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN MIS PUTERA PHI TAHUN 2009

No	Nama	Jabatan
1	KH. M. Arsyad	Kepala MIS Putera/Guru
2	H. M. Harun Ar-Rasyid, S.Pd.I	Guru
3	Afrizal	Guru
4	Aminullah	Guru
5	Misbah	Guru
6	M. Fadli	Guru
7	Rusdiansyah	Guru

DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN MIS PUTERI PHI TAHUN 2009

No	Nama	Jabatan
1	Hj. Afifah Daud	Kepala MIS Puteri/Guru
2	Hj. Saniah Daud	Guru
3	Hj. Syamsiah	Guru
4	Hj. Ernawati (Dra)	Guru
5	Hj. Jannatul Wardiah (Dra)	Guru
6	Safrah, A.Ma	Guru
7	Komariah	Guru

Dari nama-nama tersbut di atas dapat penulis jelaskan disini, bahwa dari generasi ke genari, PP PHI terus akan mencetak ulama-ulama yang kharismatik, ustaz-ustaz yang berwibawa, guru-guru yang professional yang nantinya memegang tampuk estapet kepemimpinan PP PHI akan dating. Semoga terus begitu adanya. Amin…

Dengan demikian terkait di dalamanaya semua usaha yang membentuk bangunan mayarakat, dimana kiyai menjadi pusatnya. Pesantren dengan tradisi yang dibentuk, dalam jangka panjang nampaknya akan tetap merupakan lembaga yang mempunyai peranan dalam perkembangan pendidikan Islam di Kuala Tungkal.

C. PROGRAM PENGEMBANGAN PP PHI

Sekarang ini sudah banyak upaya pengembangan yang dipriorithaskan. Prioritas utama adalah membenahi pengembangan sarana pendidikan yang berada di bawah naungan yayasan. Sarana prasarana penunjang yang belum terpenuhi menjadi prioritas pengembangan.

Upaya mengembangkan pesantren dilakukan oleh para pengasuh. Misalnya melakukan pembangunan dan rehabilitasi terhadap ruang belajar, asrama santri, gedung perkantoran dan masjid.

Demikian juga dalam upaya pengembangan masyarakat sekitar pondok pesantren dengan berbagai kondisi sosial dan ekonomi yang dipandang mampu melakukan pengembangan melalui lembaga yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan yang dapat dilakukan PP PHI terhadap masyarakat adalah yang menyangkut aspek kehidupan beragama seperti santrinya menjadi mudim (’kaum’ orang Kuala Tungkal menyebutnya; penunggu mesjid) tentu tidak hanya sebatas itu, muballigh atau da'i, qori', khaththath, terlebih lagi, yang mana masyarakat meminta kepada para kiyai/ustaz untuk tenaga khatib, bilal dan imam, tentunya mereka yang mempunyai kemampuan dibidang agama. Pada umumnya, para ustaz telah ada jadwalnya masing-masing secara rutin sebagai petugas syara' pada mesjid yang ada di wilayah di Kuala Tungkal khusunya, dan yang berasa di desa-desa pada umumnya, juga di instansi pemerintah.

Dalam Permasalahan seputar pengembangan model pendidikan pondok pesantren dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (human resources) merupakan isu aktual dalam arus perbincangan kepesantrenan kontemporer. Maraknya perbincangan menegenai isu tersebut tidak biasa dilepaskan dari realita empirik keberadaan pesantren dewasa ini yang dinilai kurang mampu mengoptimaslisai potensi yang dimilikinya. Setidaknya dua potensi besar yang dimiliki pesantren, yaitu potensi pendidikan dan pengembangan masyarakat.

Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik. Tidak hanya unik dalam pendekatan pembelajaran, tetapi unik dalam pandangan hidup tata nilai yang dianut, cara yang ditempuh, struktur pembagian kewenangan dan semua aspek-aspek kependidikan dan kemasyarakatan lainnya. Oleh sebab itu, tidak ada defenisi yang secara tepat mewakili pondok pesantren yang ada. Masing-masing pondok mempunyai keistimewaan tersendiri, yang tidak dimiliki oleh lainnya. Meskipun demikian, dalam hal-hal tertentu pondok pesantren memiliki persamaan. Persamaan inilah yang lazim disebut sebagai ciri pondok pesantren, dan selama ini dianggap dapat mengimplikasikan pondok pesantren secara kelembagaan. Untuk pengembagan PP PHI ke depan, maka dilakukan beberapa langkah-langkah berikut:

1. meningkatkan kompetensi keguruan

2. pengiriman tenaga guru ke pelatihan-pelatihan di daerah atau propinsi

3. melakukan studi banding

4. meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga pendidik

5. meningkatkan kualitas pendidikan sekolah

6. meningkatkan kualitas pendidikan kepesantrenan

7. meningkatkan kualitas pendidikan ekstra kurikuler

8. mempartisipasikan keluarga ahli waris pendiri PP PHI, alumni dan masyarakat luas

9. memperluas jaringan dengan mengikuti tes ke Mesir (Timur Tengah)

10. memperluas jaringan dengan mengikuti tes ke perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta.

Untuk menopang pendidikan, pondok pesantrenpun mengadakan beberapa kegiatan-kegiatan penting, diantaranya:

1. bidang intelektual, study tour, sosialisasi PP dan majalah dinding, pengajian kitab kuning, muhadharah.

2. bidang keorganisasian, OSIS, Pramuka, group hadrah, Selangkah lebih maju dengan segudang prestasi ekstra kurikuler yang pernah diraihnya (PASKIBRA, PRAMUKA, PMR, drumband dan sanggar seni).

3. .bidang jasmaniah, meliputi beberapa cabang olah raga dan kebersihan umum.

4. bidang keterampilan, kursus bahasa Arab, bahasa inggris, dan komputer.

5. bidang seni dan budaya, apresiasi seni, hadrah/kompangan, tari japin, dan semua cabang yang diperlombakan dalam MTQ, mulai dari cabang Qur'an, tilawatil Qur'an, tartilil Qur'an, khaththil Qur'an, fahmil Qur'an, syarhil Qur'an, berjanzi, rebana, hingga menembus ke tingkat provinsi, nasional maupun internasional.

6. bidang sosial kemasyrakatan, dengan melakukan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan isra' mi'raj Nabi Muhammad SAW, milad PP PHI, perayaan haul (hawulan) pendiri PP PHI sekaligus mengenang para pahlawan Selempang Merah, pawai peringatan milad PP PHI, pawai takbiran dua hari raya, pawai hari besar Islam, pawai pembangunan 17-an, “muqaddaman” (istilah untuk kegiatan mengaji al-Qur'an 30 juz dan kenduri di rumah orang yang meninggal dunia), dituntut untuk mengajar di rumah-rumah warga pada bulan Ramadhan, kegiatan kerja bakti, perkemahan, tabligh akbar, dll.

D. PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA

Sarana dan prasarana yang dimaksud disini adalah alat-alat yang digunakan dan diperlukan dalam memperlancar jalannya proses belajar mengajar di PP PHI. Sarana dan prasarana yang tersedia merupakan syarat mutlak yang harus dimUiki oleh suatu lembaga pendidikan. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka pendidikan tidak akan terselenggara sebagaimana mestinya. Tapi PP PHI kini telah memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang, baik perangkat keras dan lunak.

Sekilas, PP PHI tidaklah tampak seperti pondok pesantren, betapa tidak, PP PHI begitu berbeda dengan kebanyakan pondok pesantren yang ada di Indonesia, mungkin ia adalah salah satunya pondok pesantren yang bangunannya bukan terletak pada satu lokasi khusus untuk lokasi pendidikan, akan tetapi terpisah dari lokasi satu dengan yang lainnya. Dapat kita contohkan, SDI, MI Putra, MTs, MA, yang lokasinya berjauhan dengan MI Putri, terlebih lagi untuk SMU-nya yang sangat jauh dari keramaian. Ditambah lagi lokasi yang berjauhan dengan asrama putra. Dimana PP PHI, hanya memiliki satu gedung asrama putra yang memiliki beberapa kamar (sama halnya seperti bedeng) yang hanya ditempati oleh beberapa orang yang bukan berasal dari Kuala Tungkal. Itupun hanya mampu menampung beberapa orang saja. Sedangkan untuk putri belum dibangun. Bagi santri yang asli Kuala Tungkal, para santri tinggal di rumah-rumah masing-masing dan di rumah penduduk di sekitar pesantren. Begitu pula dengan PP PHI itu sendiri yang termasuk pondok pesantren skala kedl. Mayoritas mereka tinggal di rumah masing-masing. Mayoritas santri adalah berasal dari Tanjung Jabung Barat sendiri. Jika melihat kesana, maka kita hanya melihat aktivitas belajar seperti halnya sekolah-sekolah lain (umum maksudnya).

Adapun tempat-tempat belajar diselenggarakan di dalam kelas, masjid dan rumah kiyai. Untuk membantu kelancaran pengajian kitab kuning, pada malam hari, qabla magrib dan ba'da isya', dan ba'da subuh, pembantu pimpinan pndok pesantren membuat jadwal tersendiri yang dijadidkan pedoman bagi ustaz untuk mengajar santri.

Tapi sangat disayangkan, PP PHI belum mempunyai asrama yang memadai untuk menunjang kelancaran siswa dalam melakukan aktivitasnya seperti halnya pondok pesantren kebanyakan. Terlebih lagi PP PHI belum mempunyai asrama putri. Kita mengetahui bahwa fiingsi asrama adalah agar para santri dapat berkumpul dan belajar bersama.

Dengan tidak memadai asrama PP PHI, santri sulit untuk berkumpul untuk mengadakan pengajian bersama misalnya, untuk membangun komunitas mereka menjadi benar-benar santri benaran bukan ’santri main-main atau bohong-bohongan’. Sehingga dengan kekuranglekapan fasilitas tersebut, maka pertemuan dan perkumpulan itu hanya dilaksanakan tatkala melaksanakan aktivitas di sekolah, seperti halnya sekolah lainnya. Juga saat waktu sore dan malam di luar jam pelajaran itupun hanya pada waktu-waktu tertentu dapat berkumpul di sekolah ataupun di mesjid Agung Al-Istiqomah.

Setidaknya ada beberapa aiasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok (asraraa) untuk tempat tinggal para santrinya. Pertama, daya tarik para santri untuk menggali ilmu lebih mendalam dari kiyai secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama. Kedua, Untuk dapat berkumpul sesama santri. Ketiga, adanya timbal balik antara santri dan kiyai seolah-olah seperti anak dan orang tua sendiri. Pentinganya pondok sebagai asrama para santri tergantung juga pada jumlah santri yang datang dari daerah yang jauh.

Begitu enak bukan, jika nantinya PP PHI memiliM asrama putra dan putri agar lebih layak lagi disebut pesantren, mungkin ingin menuju kampus PP PHI terpadu?

Lokasi yang begitu sempit, tidak ada tanah kosong, lapangan olahraga yang kecil, lapangan upacara yang berdampingan dengan menara mesjid Agung yang begitu besar setinggi ±20 meter, tambah terasa sempit keadaanya.

Jelasnya, PP PHI adalah sebuah pondok yang cukup sederhana dengan perangkat yang sederhana pula dan ingin berkembang maju seperti pondok pesantren modern lainnya di pulau Jawa, walupun tidak setarap, tetapi PP PHI mencoba untuk melakukan semua itu.

Sekarang tidak ada lagi bangunan kuno yang meligkupinya, ciri khas bangunannya kini sudah hilang. Bangunan tahun 1935 silam, sesudahnya bangunan seperti bangunan ala Belanda, dibongkar, diganti baru, mengalami renovasi berulang dan berkelanjutan, entah berapa kali sudah perenovasiannya, yang tinggal hanya bangunan baru. Hanya tinggal kenangan saja bangunan lama itu. Sekarang dengan wajah dan performance baru nantinya diharapkan PP PHI mencoba untuk bangkit dari keterjatuhan, dan dapat menarik minat para pencari ilmu-ilmu agama dan ingin menjadi manusia yang handal bukan saja dibidang agama, akan tetapi juga dibidang umum.

PP PHI kini maju dan berkembang pembangunannya yang kini sudah permanen yang mana sebelumya bangunan ini hanya terbuat dari dari papan/kayu. Walaupun sampai sekarang pembangunannya belum selesai, namun murid-murinya dari tahun ketahun terus bertambah.

Keadaan sarana prasarana PP PHI (2006)

No	Bangunan	Areal	Luas	Baik	Rusak
1	Mesjid	1	2000	1	-
2	Ruang Belajar	20	1120	10	10
3	Asrama	1	240	1	-
4	Kamar mandi/Wc	3	11	2	1
5	Sumber air	1	1	1	1
6	Jumlah terpakai	26	3372	15	11
7	Luas areal		8439
8	Sisa areal		5067

E. PENGEMBANGAN KURIKULUM (MANHAJ) PP PHI

Sebagaimana sebagai sebuah “sekolah tua”, PP PHI itu sendiri pada asalnya mula menggunakan kurikulum tersendiri, dengan metode pembelajaran baku dengan penyajian kitab di pesantren-pesantren salafiyah, ajaran adalah apa yang terdapat di dalam kitab kuning, kitab rujukan atau referensi yang dipegang oleh pondok pesantren.

Pemahaman terhadap teks-teks ajaran tersebut dapat tercapai melalui metode pembelajaran tertentu yang biasa digunakan oleh pondok pesantren. Selama kurun waktu panjang, pondok telah memperkenalkan dan menerapkan beberepa metoda pembelajaran. Dalam rangka memantapkan keberadaannya, dilakukanlah pembaharuan terhadap madrasah, khusunya dengan penambahan pengetahuan umum. PP PHI mencoba memperbaharui sistem pendidikannya degan menciptakan model pendidikan modern yang tidak terpaku pada sistem pembelajaran klasik dan materi-materi “kitab kuning” saja melainkan juga materi-materi yang berasal dari “kitab putih”.

Setelah pengurus yayasan menyadari bahwa hidup ini semakin sulit, terjadi persaingan ekonomi yang keras dan ganas, ibarat manusia yang tak sega-segan “makan kawan” sendiri, maka kurikulum pesantren yang semata-mata berkiblat untuk bafkah kitab kuning, kemudian sedikit beralih arah ke Kurikulum Nasional.

Penyelenggaraan pendidikan di PP PHI juga menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan metode pembelajaran di madrasah atau sekolah lain di luar pondok pesantren. Metode pembelajaran yang dipergunakan di lembaga pendidikan formal dan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, selain madrasah dan sekolah, pada umumnya mengikuti metode yang berkembang dunia pendidikan PP PHI.

Metode pembelajaran di pondok pesantren salafiyah ada yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama dilaksaksanakan pada pesantren atau dapat juga diebut sebagai metode pembelajaran asli (original) pondok pesantren. Di samping itu ada pula metode pembelajaran modern.

Berbeda dengan pesantren khalafiyah, pada pesantren salafiyah tidak dikenal kurikulum pengertian seperti kurikulum pada pendidikan formal. Kurikulum pada pesantren salafiyah disebut marihaj, yang mana diartikan sebagai arah tertentu. Manhaj pada pondok pesantren salafiyah ini tidak dalam bentuk jabaran silabus, tetapi berupa funun (jenis-jenis kitab-kitab) yang diajarakan kepada para santri.

Berikut ini beberapa metoda pembelajaran di PP PHI menjadi ciri umum pembelajarannya.

a. Metode sorongan. Yang berarti setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kiyai atau pembantunya {badal, asisten kiyai). Sistem sorongan ini termasuk sistem individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru dan terjadi inieraksi saling mengenal antara keduannya.

Metode ini dilakukan tatkala adanya pengajian yang dilakukan oleh santri tertentu (hanya beberapa orang saja yang berminat) yang ingin memperdalam pelajaran agama, dengan cara membacanya di hadapan ustaz, yang mana ustaz mendengarkan apa yang dibacanya, apakah bacaan itu sesuai dengan qawa'idnya ataukah belum, serta sudah benarkah apa yang telah dibaca oleh santri. Jika apa yang dibacanya benar, maka sang ustaz hanya mendiamkannya saja dan tidak akan meresponnya kecuali apabila diperlukan. Misalnya jika ada penjelasan yang ingin dijelaskannya, dan ia menganggap bahwa si santri tidak mengerti persoalan yang dibacanya. Jika apa yang santri baca tersebut salah secara qawa'id ataupun makna, maka sang ustaz akan menghentikannya, dan iapun akan menjelaskan manakah yang salah tersebut, dan memberitahukan makna yang sebenarnya.

b. Metode weton/bandongan. Yang berarti bahwa pengajian tersebut diberikan pada waktu tertentu yaitu sebelum atau sesudah melakukan sholat fardu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran secara kulian, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya.

Biasanya pengajian ini dilaksanakan qabla maghrib dan ba'da isya' dengan menggunakan kitab yang dilaksanakan tertentu sekitar satu jam. Pada saat ini pengajian begitu ramai dipadati oleh santri karena waktu ini cukup strategis tidak terlalu larut. Ada pula pengajian yang dilaksanakan pukul 9 malam atau lebih, hingga tengah malam bila memungkinkan. Hal itu bisa terjadi. Pada saat ini pengajian diikuti pula oleh santri yang mengaji qabla sholat maghrib dan ba'da isya', dan ada juga di antara mereka yang tidak menghadirinya dikarenakan mengantuk, dan adapula di antara mereka yang mengantuk belajar sambil tidur tetapi tetap mengikutinya, untuk mendapatkan ”berkah” katanya.

c. Metode musyawarah (bahtsul masail/nwzakaroh). Metode musyawarah merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halqah yang dipimpin langsug oleh kiyai/ustaz, untuk membahas atau mengkaji persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Berbeda dengan PP PHI, bahsul masail ini dilaksanakan pada waktu subuh, setelah sholat Isya yang diwajibkan bagi santriwan kelas tiga Aliyah. Yang dipimpin langsung oleh Mudir 'Am. Hal ini dilakukan dengan cara menentukan sebelumnya tema yang akan diangkat dalam pembahasan tersebut, dan santri diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada Sang guru dan kemudian Iapun menjawabnya.

Metode pengajian pasaran. Metode pengajian pasaran adalah kegiatan para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada kiyai atau ustaz yang dilakukan oleh santri dalam keiatan yang dilakuakn terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. Pada umumya dilakukan pada bulan Ramadhan.

Metode pengajian pasaran (kalong; Jawa) atau disebut juga “ngaji kilat (pesantren kilat). Target utamanya adalah selesainya kitab yang dipelajari. Yang mana ustaz memilih kitab yang tidak terlalu tebal sehingga dimungkinkan akan selesai pada waktu sebelum berakhirnya Ramadhan. Dengan cara ustaz membacakan secara terus menerus seperti “kilat” sekaligusnya artinya, sedikit berhenti. Setiap santri memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit dipahami. Hal ini terus dilaksanakan walaupun di antara santri ada yang merasa keletihan dan mengantuk karena harus mendhabit (membariskan kitab dan mengartikan) kita yang telah diartikan oleh ustaz. Biasanya waktu untuk mengaji ini cukup lama, berkisar antara 1-2 jam mungkin lebih. Jika sudah khatam, maka santri akan merasa senang.

Kurikulum pada lembaga pendidikan PP PHI selain TPA/TKA (yang menggunakan kurikulum sendiri) adapula kurikulum Departeman Agama. Dan juga dengan pola integrated system yaitu memadukan kurikulum Departemen Agama dan lokal (al-'ulum al-diniyah). Selain itu juga dengan memadukan sistem salaf klasik dan modern. Jelasnya, bahwa PP PHI memadukan atau mengkombinaskan antara Kurikulum Pondok Pesantrem, Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional.

PP PHI menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum di madrasah atau sekolah lain, yang telah dibakukan oleh Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional. Adapun pertimbangannya adalah agar nantinya lulusan PP PHI dapat melanjutkan studi ketingkat yang lebih tinggi tanpa mendapat hambatan. Artinya, dengan sertifikat dari PP PHI santri akan dapat mengikuti tes masuk ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi, baik negeri maupun swasta. Memang hal tersebut tidaklah mudah.

Pada masa akhir pendidikan, santri dapat mengikuti ujian persamaan EBTANAS/UAN dan memimiliki ijazah yang dikeluarkan pemerintah dan dan PP sendiri. Setelah mendapatkan ijazah negeri, para santri bisa meneruskan kuliah, baik di IAIN maupun lembaga tinggi lainnya. Mereka yang tidak mampu meneruskan kuliah, kembali ke kampung halamannya masing-masing untuk berdakwah dan mengajar agama di berbagai lembaga pendidikan agama.

Dalam pembelajaran yang diajarkan kepada para santrinya, PP PHI menggunakan manhaj dalam bentuk jenis-jenis kitab tertentu dalam cabang ilmu tertentu. Kitab ini harus dipelajari sampai tuntas sebelum dapat naik jenjang ke kitab lain yang lebih tinggi tingkat kesukarannya. Dengan demikian tamatnya program pembelajaran tidak diukur dengan satu an waktu, juga tidak didasarkan penguasaan terhadap silabi (topik-topik bahasan) tertentu, tetapi didasarkan pada tamat atau tuntasnya santri mempelajari kitab yang telah ditetapkan. Kompetensi standar bagi tamatan pondok pesantren adalah kemampuan menguasai (memahami, menghayati, mengamalkan dan mengajarjarkan) isi kitab tertentu yang telah ditetapkan.

Pondok pesantren PP PHI menggunakan kurikulum yang disusun oleh Yayasan PP PHI dengan muatan yang hampir seimbang antara ilmu agama dan umum. Perbandingannya berkisar antara 40 : 60. Ini merupakan salah satu respon pesantren dalam mensiasati tuntutan zaman yang tujuannya bukan mengurangi keunikan pesantren itu sendiri, melainkan justru melengkapi dan memperluas cakupan keilmuwan. Tapi sangat disayangkan, sekarang seolah-olah PP PHI “kehilangan arah”.

Berikut ini adalah daftar Kurikulum Agama (MA PHI) dan Kurikulum Umum (MAN) tahun 1984.

Daftar Pelajaran Agama MA PHI Kelas 1, 2 dan 3 Tahun 1991/1992

Nahwu (Qatr an-Nada), 2) Sharf (Sabil al-Zhrof), Ushul Fiqh (As-Sulam), Fiqh (I’anah at-Tholibin), Ushul Tafsir (Ilm a-Tafsir), Tafsir (Al-Jalalain), Tauhid (Al-Hushun al-Hamidiyah), Mustholah Hadits (Hidayah al-Bahits), Hadits (Bulugh al-Maram), Balaghah (At-Tashil), Tashauf (Kifayatul at-Qiya), Tarikh Tasyri’ (Tarikh Tasyri’), Manthiq(Idhah al-Mubham).

Berikut ini adalah Daftar Pelajaran Umum MA PHI Kelas 1, 2 dan 3 Tahun 1991/1992

Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Ekonomi/Koperasi, PMP, Geografi, PSPB, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Kesenian, Keterampilan, Olahraga Kesehatan, SPI, Sejarah Agama, Ilmu Kalam, Sej. Nas/Dunia.

Dari daftar mata pelajaran di atas, dapatlah diketahui bahwa kurikulum yang digunakan oleh MTs PHI tahun 1993/1994 yang terdiri dari kurikulum PP dan kurikulum umum dengan perbandingan hampir sama rata.

Dari aspek lain, sistem pembelajaran di PP PHI begitu berbeda, seperti halnya sekolah umum, mereka datang dari rumah pergi ke sekolah, belajar, melaksanakan aktivitas yang diprogramkan pihak pondok pesantren. Kemudian pulang ke tempat tinggal masing-masing, tidak ada aktivitas layaknya seperti pondok pesantren kebanyakan, yaitu belajar mengaji (belajar kitab kuning), ataupun kegiatan lain yang ada dikebanyakam pondok pesantren. Kecuali pada hari-hari tertentu seperti kegiatan muhadarah pagi jum'at, dan pelajaran kaligrafi, juga pengajian kitab gundul pada malam tertentu seperti fiqh, tashawuf, qawa'id, dan Iain-lain yang menunjukkan identitas pondok pesantren.

Variasi sistem pendidikan pesantren tersebut terjadi karena berbedanya cara merespons keadaan, di sampin beragamnya latar belakang pendidikan para pendiri dan penerus kepemimpinan pesantren.

Dalam perkembangannya, perubahan dan pembenahan diri, pesantren telah mampu melerai kesenjangan, atau bahkan pertentangan, antara pendidikan agama di satu pihak dan pendidikan umum di pihak lain.

Dari masa ke masa, di MHI ini telah banyak sekali bermacam-macam kitab yang dipelajari, mulai dari “kitab kuning” yang Arab gundul (Timur Tengah dan Melayu) hingga “kitab putih” dengan judul yang tak terhitung variasi dan jumlahnya.

F. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pendidikan luar sekolah yang ada adalah jenis pengajian yang diselenggarakan bagi anak-anak yang akan memperdalam ilmu agama yang waktunya tidak mencukupi tatkala berada di sekolah. Pelaksanaan kegiatan dipandu oleh beberapa orang ustaz.

Seperti halnya pengajian yang dilakukan di beberapa rumah ustaz, yang membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan isi kitab-kitab itu. Sebuah kitab saja terkadang membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Demikian pula pengajian bagi warga PP PHI dan masyarakat (orang tua dan remaja) yang dilaksanakan satu kali dalam seminggu setiap malam selasa yang diikuti oleh hampir 1000 orang jamaah yang memadati mesjid Agung al-Istiqomah yang terletak berdampingan dengan komplek PP PHI. Jamaah dari pondok-pondok pesantren yang ada di Kuala Tungkal misalnya, seperti Pondok Pesantren al-Baqiyatush Sholihat Parit Gompong, Pondok Pesantren Sa'datul Abadiyah Parit II dan terlebih lagi dari kabupaten tetangga Tembilahan (Indragiri Hilir). Terkadang pengajian ini mengundang para alim ulama dari Jambi dan Jawa untuk memberikan wejangan terhadap jama'ah. Adapun masalah yang dibahas adalah tentang ajaran agama yang bersumber dari kitab melayu dan kitab kuning.

Selain itu pula, untuk menopang pendidikan, pondok pesantrenpun mengadakan kegiatan ekstra kurikuler. Adapun kegiatan ekstra kurikuler meliputi kegiatan sosial kepemudaan (Pramuka, PMR). Salah satu keunggulan pondok pesantren ini adalah penanaman akhlakul karimah, kemampuan berbahasa (Arab dan Inggris) dan pengajian kitab kuning.

Yang paling istimewa di PP PHI ini adalah adanya bentuk “pengajian bebas” yang dikenal dengan “wa tusannu”, pengajian malam sekitar jam 9, bisa saja batasnya hingga tengah malam tergantung sang ustaz yang mengisyaratkannya untuk selesai atau dilanjutkan tergantung santrinya sudah ngantuk apa belum, dengan kitab-kitab yang bebas pula, karena ustaz “siap pakai” mengajar santri untuk belajar, banyak sudah kitab yang dipelajari di PP PHI, tidak terhitung lagi jumlahnya, mulai dari yang mudah sampai susah, ringan sampai berat, tipis sampai tebal, satu jilid hingga

Pengajaran kitab-kitab ini, meskipun berjenjang materi yang diajarkan kadang berulang-ulang. Penjenjangan dimaksudkan untuk pendalaman dan perluasan, sehingga penguasan santri terhadap inti materi semakin mantap. Inilah salah satu ciri penyelenggaraan pondok pesantren.

G. PENGEMBANGAN KOPONTREN (KOPERASI PESANTREN)

Dalam kegiatan ekonomi, pomdok pesantren telah membentuk Kopontren yang bergerak dalam usaha pengadaan sembako. Bukan Cuma bagi kalangan pesantren sendiri, tetapi juga buat masyarakat sekitar.

BMT (Baitul Mal wat Tamwil) dan perkebunan. Khusunya pelatihan, bekerjasama dengan perusahaan perkebunan.

H. PERKEMBANGAN ORGANISASI, JENJANG PENDIDIKAN SERTA ELEMEN-ELEMEN PP PHI

1. Pendidikan Formal

Pondok Pesantren PHI menyelenggarakan pendididkan santri untuk mengaji danmendalami kitab kuning dan majlis ta’lim. Yang dibina oleh Ustaz dan para alumni yang telah mendapat izin untuk mengajar dan dianggap memiliki kapabelitas sebagai persiapan bagi para santri untuk terjun ke masyarakat.

2. Pendidikan Formal (2008)

No	Jenjang Pendidikan	Jumlah Murid			Jumlah Guru
		Lk	Pr	Jlh	Lk	Pr	Jlh
1	MDA	57	127	184	6	7	13
2	SD	72	72	148	3	5	8
3	MTs	142	125	276	22	3	25
4	MA	142	137	279	25	3	28
5	SMU	36	25	61	11	2	13
6	Jumlah	449	486	935	67	20	87

Berikut ini tahun-tahun penting perkembangan dan jenjang pendidikan PP PHI. Dari dulu hingga sekarang, PP PHI telah banyak menyelenggarakan barbagai unit pendidikan dan lembaga serta organisasi penunjang lainnya. Berikut ini catatan singkat perkembangan PP PHI dan jenjang pendidikan yang didirikan. Akan tetapi banyak di antaranya yang tidak dapat betahan alias tutup dan hanya sebagiannya yang masih aktif. Kepeloporan PP PHI terlihat sejak tahun berdirinya, dengan mendirikan beberapa organisasi, jenjang pendidikan dan komponen PP PHI itu sendiri, antara lain:

1. Berdirinya MHI (1935)

2. MHI Belum memiliki tingkatan pendidikan (1935-1936)

3. TBQ (Taman Bacaan al-Qur'an ) (1936)

4. PNU (Pandu Nasrul Ulum) cabang dari Banjarmasin (Kalsel) (1937)

5. MT (Musyawaratuttholibin), cabang dari Banjarmasin (Kalsel) (1937)

6. Mesjid Raya (Agung al-Istiqomah) (1944/1945)

7. MI (Madrasah Ibtidaiyah) MHI (1957)

8. MHI membagi jenjang pendidikan dengan 3 tingkatan, yaitu Tingkat Rendah selama 2 tahun (sekarang di kenal TK), Tingkat Awwaliyah (3 tahun), dan Tingkat Ibtidaiyah (3 tahun) (1956)

9. YPHI (Yayasan Perguruan Hidayatul Islamiyah) (1960)

10. MTS (Madrasah Tsanawiyah) MHI Putra dan Putri (1961)

11. Gedung SMAI (Sekolah Menengah Atas Islam) PHI (1963-1965) peresmian SMAI (1965), mampu bertahan selama 2 tahun (1965-1967)

12. SP IAIN (Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri) (1967-1968)

13. TK (Taman kanak-kanak) MHI (1968-1970)

14. MHI berkembag pesat menjadi 16 cabang (1960-1970)

15. SD (Sekolah Dasar) MHI (1970)

16. MA (Madrasah Aliyah) MHI (1971)

17. SKKP (Sekolah Keterampilan Keluarga Pertama) PHI (1972-1975)

18. Asrama Putra dan Pondok Pesantren (1972)

19. PP PHI bertambah menjadi 42 cabang (1970-1976)

20. SMU (Sekolah Menengah Umum) PHI (1992)