Radar Tanjab, Rabu, 10 November 2010
Nilai-nilai patriotisme dan heroisme yang terkandung dalam rekam jejak para pejuang bangsa Indonesia kala merebut kemerdekaaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda menjadi suri teladan bagi generasi muda di negeri ini, dan mewarisi semangat juang mereka yang berkobar dan jangan padam tertelan zaman. Sebab itu memperingati hari pahlawan 10 November setiap tahun, nilai-nilai patriotisme yang diwariskan dalam semangat juang para pahlawan bangsa merebut Indonesia merdeka tanpa pamrih, mereka rela mengorbankan jiwa demi Indonesia Merdeka, seperti apa rekam jejak heroisme para penjuang rakyat di Kualatungkal berikut cacatan Radar Tanjab
MUSDALIFAH RACHIM-KUALATUNGKAL
TIDAK banyak lagi saksi hidup sejarah perjuangan rakyat di Kualatungkal yang dalam melawan penjajah Belanda terjun langsung di kancah pertempuran. Dengan senja apa adanya mengusir penjajah di bumi Serengkuh Dayung Serentak ke Tujuan ini. Salahsatu veteran pejuangan rakyat melawan penjajah yang saat ini melewati usia senja sempat diwawancarai Radar Tanjab di rumahnya di Jalan Sriwijaya, Selasa siang (9/11) dialah H Ahmad Dare' bin H Damanhuri. Dalam kerentaan, karena usia yang menua menuturkan pengalaman perjuangannya bersama kawan-kawannya sesama pejuang rakyat Kualatungkal yang kini sebagian besar telah wafat. Namun satu diantaranya yang masih ada hingga kini adalah Mayor Sakiban, H Ahmad Dare' mengakui, perjuangan dan jiwa patriotisme yang dimiliki Mayor Sakiban, saat mengatakan itu lelaki ayah sembilan anak ini mengancungkan jari jempolnya tangan kanannya.
Wawancara yang dilakukan Radar Tanjab terhadap seorang pejuang ini dalam suatu komunikasi yang kurang berjalan lancar. Hal ini disebabkan pendengaran H Ahmad Dare' yang tidak lagi sempurna, sehingga Radar Tanjab membutuhkan komunikasi bantuan melalui tulisan, sehingga dimengerti. Beliau dalam kerentaan usia namun ingatannya masih tajam dan cemerlang mengingat pengalaman perjuangannya melawan Belanda.
Dikisahkan olehnya pernah diutus oleh tentara penjuang Rakyat Kualatungkal menyusup ke markas Belanda, sehingga diangkat menjadi mata-mata dan mendapatkan lisensi atau surat rekomendasi yang membuatnya bebas keluar masuk markas Belanda. "Saya diberi surat bertulis Ifihi, sehingga dengan surat itu saya dipesan jangan menyerahkan kepada tentara penjuang, karena Belanda menganggap saya sebagai mata-mata mereka. Padahal kawan-kawan menyusun strategi dalam melawan Belanda, melalui saya untuk mengetahui kekuatan musuh," ujar H Ahmad Dare' berkisah.
Lelaki yang tahun 2010 ini telah berusia 91 tahun itu, namun masih memiliki sisa-sisa keperkasaan masa mudanya selaku pejuang bangsa. Dia meneruskan ceritanya, saat dalam suatu pertempuran melawan Belanda di Parit 5 Belanda dengan menggunakan senapan laras pendek menembaki tentara penjuang. "Belanda menembaki kami, namun saya sempat berlindung dibawa pohon pedada, sehingga luput dari tembakan Belanda. Namun banyak teman-teman saya yang tewas tertembak, bahkan ada pula yang wajahnya berlumuran darah, namun teman ini selamat tidak gugur daalm pertempuran ini," ungkapnya.
Melanjutkan kisahnya, lelaki tua ini yang mengaku asal Kalimantan Selatan ini menyebutkan pula ayah ibunya membawanya merantau dari kampung halaman mereka di Kampung Tapuh, Kalimantan Selatan. Saat itu ia berusia 1 tahun di Tahun 1920. "Selama dalam kandungan 6 bulan, ibu saya baru pulang haji sehingga saya berada dalam kandungan ibu saat beliau ber haji ke Tanah Suci Mekkah pada tahun 1918. Saya lahir pada tanggal 2 bulan 3 tahun 1919, sepulang orang tua saya dari Mekkah. Setahun setelah itu, beliau membawa saya merantau ke Kualatungkal ini," ungkapnya dengan lancar. (Bersambung)
Nilai-nilai patriotisme dan heroisme yang terkandung dalam rekam jejak para pejuang bangsa Indonesia kala merebut kemerdekaaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda menjadi suri teladan bagi generasi muda di negeri ini, dan mewarisi semangat juang mereka yang berkobar dan jangan padam tertelan zaman. Sebab itu memperingati hari pahlawan 10 November setiap tahun, nilai-nilai patriotisme yang diwariskan dalam semangat juang para pahlawan bangsa merebut Indonesia merdeka tanpa pamrih, mereka rela mengorbankan jiwa demi Indonesia Merdeka, seperti apa rekam jejak heroisme para penjuang rakyat di Kualatungkal berikut cacatan Radar Tanjab
MUSDALIFAH RACHIM-KUALATUNGKAL
TIDAK banyak lagi saksi hidup sejarah perjuangan rakyat di Kualatungkal yang dalam melawan penjajah Belanda terjun langsung di kancah pertempuran. Dengan senja apa adanya mengusir penjajah di bumi Serengkuh Dayung Serentak ke Tujuan ini. Salahsatu veteran pejuangan rakyat melawan penjajah yang saat ini melewati usia senja sempat diwawancarai Radar Tanjab di rumahnya di Jalan Sriwijaya, Selasa siang (9/11) dialah H Ahmad Dare' bin H Damanhuri. Dalam kerentaan, karena usia yang menua menuturkan pengalaman perjuangannya bersama kawan-kawannya sesama pejuang rakyat Kualatungkal yang kini sebagian besar telah wafat. Namun satu diantaranya yang masih ada hingga kini adalah Mayor Sakiban, H Ahmad Dare' mengakui, perjuangan dan jiwa patriotisme yang dimiliki Mayor Sakiban, saat mengatakan itu lelaki ayah sembilan anak ini mengancungkan jari jempolnya tangan kanannya.
Wawancara yang dilakukan Radar Tanjab terhadap seorang pejuang ini dalam suatu komunikasi yang kurang berjalan lancar. Hal ini disebabkan pendengaran H Ahmad Dare' yang tidak lagi sempurna, sehingga Radar Tanjab membutuhkan komunikasi bantuan melalui tulisan, sehingga dimengerti. Beliau dalam kerentaan usia namun ingatannya masih tajam dan cemerlang mengingat pengalaman perjuangannya melawan Belanda.
Dikisahkan olehnya pernah diutus oleh tentara penjuang Rakyat Kualatungkal menyusup ke markas Belanda, sehingga diangkat menjadi mata-mata dan mendapatkan lisensi atau surat rekomendasi yang membuatnya bebas keluar masuk markas Belanda. "Saya diberi surat bertulis Ifihi, sehingga dengan surat itu saya dipesan jangan menyerahkan kepada tentara penjuang, karena Belanda menganggap saya sebagai mata-mata mereka. Padahal kawan-kawan menyusun strategi dalam melawan Belanda, melalui saya untuk mengetahui kekuatan musuh," ujar H Ahmad Dare' berkisah.
Lelaki yang tahun 2010 ini telah berusia 91 tahun itu, namun masih memiliki sisa-sisa keperkasaan masa mudanya selaku pejuang bangsa. Dia meneruskan ceritanya, saat dalam suatu pertempuran melawan Belanda di Parit 5 Belanda dengan menggunakan senapan laras pendek menembaki tentara penjuang. "Belanda menembaki kami, namun saya sempat berlindung dibawa pohon pedada, sehingga luput dari tembakan Belanda. Namun banyak teman-teman saya yang tewas tertembak, bahkan ada pula yang wajahnya berlumuran darah, namun teman ini selamat tidak gugur daalm pertempuran ini," ungkapnya.
Melanjutkan kisahnya, lelaki tua ini yang mengaku asal Kalimantan Selatan ini menyebutkan pula ayah ibunya membawanya merantau dari kampung halaman mereka di Kampung Tapuh, Kalimantan Selatan. Saat itu ia berusia 1 tahun di Tahun 1920. "Selama dalam kandungan 6 bulan, ibu saya baru pulang haji sehingga saya berada dalam kandungan ibu saat beliau ber haji ke Tanah Suci Mekkah pada tahun 1918. Saya lahir pada tanggal 2 bulan 3 tahun 1919, sepulang orang tua saya dari Mekkah. Setahun setelah itu, beliau membawa saya merantau ke Kualatungkal ini," ungkapnya dengan lancar. (Bersambung)